Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Warek UNMA: Premanisme Tak Cukup Ditindak, Harus Diobati dari Akarnya!

Laporan: Zulhidayat Siregar
Sabtu, 28 Juni 2025 | 21:53 WIB
Wakil Rektor Universitas Mathla’ul Anwar, Ali Nurdin - Tangkapan Layar -
Wakil Rektor Universitas Mathla’ul Anwar, Ali Nurdin - Tangkapan Layar -

RAJAMEDIA.CO - Jakarta, Polkam – Di tengah maraknya pembentukan Satgas Anti Premanisme, Wakil Rektor Universitas Mathla’ul Anwar (UNMA), Dr. H. Ali Nurdin, M.Si mengingatkan pemerintah untuk tidak terjebak dalam pendekatan penindakan semata. 

 

Dalam webinar nasional yang diselenggarakan LIRA, Mathla’ul Anwar, dan UNTIRTA, ia menyatakan dengan tegas:
 

“Premanisme adalah gejala. Ketimpangan sosial adalah penyakitnya. Kita tak bisa berharap sembuh jika hanya menambal luka tanpa mengobati akar persoalan.”
 

Premanisme Bukan Fenomena Baru, Tapi Warisan Sistemik
 

Ali Nurdin menelusuri akar premanisme sejak era kerajaan, kolonialisme, hingga reformasi. Ia menyebut, pascareformasi justru menjadi fase paling kompleks karena praktik premanisme kini menunggangi demokrasi elektoral, bahkan merasuk ke kantor partai politik.
 

“Kita tidak sedang menghadapi kriminal jalanan, tapi sistem relasi kuasa yang menyusup ke institusi politik,” tegasnya.
 

Tangkap-Pulang-Tangkap Bukan Solusi
 

Ali menyoroti lemahnya strategi negara pascapenindakan. Ribuan preman ditangkap, namun tidak ada program pemulihan jangka panjang. Ia mempertanyakan: mau dibawa ke mana mereka setelah keluar dari jeruji?
 

“Apakah cukup dengan ditangkap dan dilepas? Atau negara punya rencana agar mereka kembali sebagai warga produktif?”
 

Belajar dari Kolombia: Integrasikan Satgas dengan Program Nasional
 

Ali menawarkan pendekatan inspiratif: meniru strategi Kolombia dalam merehabilitasi mantan pelaku kekerasan secara sistemik—dengan pelatihan, akses kerja, dan dukungan psikososial.
 

“Program seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan koperasi Merah Putih bisa digabungkan ke dalam strategi nasional pemberantasan premanisme,” usulnya.
 

Satgas Jangan Jadi Dekorasi Kebijakan
 

Ali mengkritik keras model Satgas yang hanya dibentuk tanpa konsep, indikator, atau sinergi. Ia menyebutnya “dekorasi kebijakan”—terlihat aktif tapi kosong makna.
 

“Satgas yang tidak punya peta jalan hanya akan menambah kebingungan. Bukan solusi, tapi formalitas.”
 

Keadilan Sosial adalah Fondasi
 

Menutup paparannya, Dr. Ali menegaskan bahwa penanganan premanisme sejati hanya bisa terwujud bila negara menghadirkan keadilan sosial secara nyata. Bukan sekadar menciptakan efek jera lewat kekerasan balik.
 

“Kalau negara sendiri belum adil, bagaimana kita berharap premanisme akan hilang? Yang kita butuhkan bukan gebrakan, tapi kesungguhan!”rajamedia

Komentar: