Dirut BRIMA: Satgas Jangan Jadi Etalase Kekuasaan!

RAJAMEDIA.CO - Jakarta, Polkam – Direktur Utama BRIMA, Asep Rohmatullah, menyampaikan kritik keras namun konstruktif soal keberadaan Satgas Anti Premanisme dan Ormas Bermasalah.
Dalam paparannya yang membuka diskusi publik bertema efektivitas satgas, Asep menegaskan: Satgas jangan hanya jadi etalase kekuasaan. Ia harus berdampak nyata!
“Pertanyaannya bukan soal keberadaan Satgas, tapi seberapa efektif ia bekerja dan indikator apa yang menunjukkan hasilnya,” kata Asep membuka forum, Jumat (27/6/2025).
Dibentuk Gegap Gempita, Hilang Tanpa Evaluasi
Asep menyebut, banyak Satgas lahir dengan gebrakan, namun lenyap tanpa jejak. Ia menyindir kecenderungan pemerintah membentuk Satgas sebagai panggung seremoni, tanpa peta jalan dan target yang terukur.
“Jangan sampai Satgas sibuk beraksi, tapi tidak ada matriks yang bisa dijadikan rujukan. Ukurannya apa? Jumlah yang ditangkap? Atau ada indikator sosial lain seperti berkurangnya kekerasan dan meningkatnya kepatuhan hukum?”
Ia mencontohkan kegagalan beberapa Satgas sebelumnya yang hanya ramai di awal tapi tak berkelanjutan. Publik, kata Asep, berhak menuntut akuntabilitas dan evaluasi berkala.
Ormas Jangan Dipukul Rata, Ada yang Justru Jadi Pilar Bangsa
Tak hanya soal satgas, Asep juga menyinggung soal stigma terhadap ormas. Ia menolak keras pendekatan yang memukul rata semua ormas seolah-olah bermasalah.
“Tidak semua ormas bermasalah. Banyak yang justru menjadi mitra negara dalam menciptakan harmoni sosial. Kita harus adil!”
Ia menyebut contoh ormas seperti Mathla’ul Anwar yang sudah eksis 112 tahun, dan LIRA yang sudah 20 tahun berkontribusi nyata di bidang sosial dan pendidikan, tanpa rekam jejak kekerasan.
Satgas Harus Jadi Jembatan, Bukan Menara Gading
Asep menegaskan bahwa Satgas bukanlah alat kekuasaan, tetapi seharusnya berfungsi sebagai alat pelayanan publik yang bekerja dengan pendekatan kolaboratif, bukan top-down.
“Satgas harus jadi jembatan antara negara dan masyarakat. Bukan menara gading yang memerintah dari atas.”
Ia mendorong agar forum ini tidak berhenti sebagai wacana elit, tapi menjadi bahan rekomendasi kebijakan yang praktis, aplikatif, dan bisa langsung digunakan pemerintah dalam membenahi pembinaan ormas dan penanggulangan premanisme.
"Jangan Sekadar Nama, Tapi Makna"
Asep menutup paparannya dengan seruan reflektif kepada semua pihak—pemerintah, ormas, akademisi, dan masyarakat sipil—untuk membangun tata kelola yang jujur dan adil.
“Satgas akan bermakna jika ia berangkat dari kejujuran berpikir, keadilan bersikap, dan keterbukaan berdialog. Jika tidak, ia hanya akan jadi nama, tanpa makna.”
Dunia | 5 hari yang lalu
Hukum | 5 hari yang lalu
Politik | 3 hari yang lalu
Keamanan | 6 hari yang lalu
Parlemen | 4 hari yang lalu
Politik | 2 hari yang lalu
Hukum | 2 hari yang lalu
Nasional | 6 hari yang lalu
Daerah | 2 hari yang lalu