Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Saraswati: Batik Adalah Soft Power Indonesia!

Laporan: Halim Dzul
Senin, 28 Juli 2025 | 05:01 WIB
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo ke Kampung Batik Laweyan, Surakarta, Sabtu (26/7). - Foto: Repro -
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo ke Kampung Batik Laweyan, Surakarta, Sabtu (26/7). - Foto: Repro -

RAJAMEDIA.CO - Surakarta, Batik — Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, menegaskan bahwa pelestarian batik tidak cukup hanya dilihat sebagai upaya menjaga warisan budaya semata. 
 

Lebih dari itu, batik adalah kekuatan diplomasi budaya (soft power) yang sangat efektif dalam memperkuat citra Indonesia di mata dunia.
 

Hal itu disampaikan Saraswati saat melakukan kunjungan kerja reses ke Kampung Batik Laweyan, Surakarta, Sabtu (26/7).
 

“Batik sudah menjadi identitas budaya Indonesia yang diakui dunia. Bahkan, tekstil dan tren fashion di Afrika pun banyak yang berkembang dari batik Indonesia. Ini menunjukkan betapa kuatnya budaya kita jika dikembangkan dengan baik,” ujar Saraswati kepada para pengrajin dan pelaku UMKM setempat.

 

Regenerasi Pengrajin Jadi Tantangan Utama
 

Namun, di tengah gemerlapnya potensi global, Saraswati mengingatkan adanya tantangan serius dalam hal regenerasi pengrajin batik tradisional. Menurutnya, jika tidak ada intervensi sejak dini, industri batik bisa kekurangan sumber daya manusia berkualitas di masa depan.
 

“Kita butuh edukasi sejak usia dini dan sosialisasi yang menanamkan rasa bangga pada batik kepada anak-anak. Kalau dari kecil mereka sudah dikenalkan, maka akan tumbuh rasa memiliki yang kuat,” ujarnya.
 

Pasar Eropa Menanti, Tapi Butuh Strategi
 

Lebih lanjut, Saraswati mengangkat peluang emas dari kerja sama perdagangan bebas Indonesia–Uni Eropa (IEU–CEPA) yang memungkinkan produk tekstil dan batik masuk ke pasar Eropa dengan tarif 0%.
 

“Kalau kita manfaatkan ini dengan strategi pemasaran yang tepat, para pengrajin muda bisa membuka akses ke pasar internasional dengan potensi luar biasa,” tandasnya.
 

Ia menyarankan pemerintah mendampingi pelaku industri kreatif untuk meningkatkan kualitas, branding, dan digitalisasi pemasaran agar bisa bersaing di tingkat global.
 

Perda untuk Bahan Baku Lokal dan Ekonomi Daerah
 

Tak hanya itu, Saraswati juga mendorong pemerintah daerah untuk segera menerbitkan peraturan daerah (perda) yang mewajibkan penggunaan bahan baku dan serat alam lokal dalam industri kreatif.
 

“Kebijakan ini akan menguatkan industri hulu, membuka lapangan kerja, dan memperkuat ekonomi lokal. Kita butuh kebijakan yang berpihak pada kemandirian industri kreatif berbasis budaya,” pungkasnya.
 

Dari Laweyan, suara budaya Indonesia bergema ke panggung dunia. Dan di tengah tantangan zaman, batik tak lagi sekadar kain bermotif — ia adalah simbol kekuatan bangsa.rajamedia

Komentar: