Wamen Dahnil Jawab Sentilan Netizen Kemenhaj Bekerja Hanya Sekali dalam Setahun

RAJAMEDIA.CO - Jakarta, Haji - Wakil Menteri Haji dan Umrah Dahnil Anzar Simanjuntak mendengar semua masukan dari masyarakat bahkan termasuk kritik yang dialamatkan kepada dirinya dan kementerian yang dipimpinnya. Dia tidak akan gerah apalagi mencak-mencak dalam meresponnya.
Terlebih ia berulangkali mengatakan, setiap pejabat harus bersedia seperti samsak, yaitu alat latihan fisik berbentuk karung yang dirancang untuk dipukul dan ditendang berulangkali dalam olahraga bela diri seperti tinju, Muay Thai, dan silat.
"Saya selalu bilang kita samsak, harus siap untuk itu (dikritik, bahkan dimaki)," jelas Dahnil dalam siniar di kanal YouTube @TORPEDO PODCAST, kemarin.
Salah satu kritik, mungkin juga cibiran dari netizen yang ia dengar adalah terkait pembentukan Kemenhaj. Urgensi kementerian pecahan dari Kementerian Agama ini dipertanyakan karena dinilai hanya bekerja sekali dalam setahun, yaitu di musim haji.
Bukannya emosi, Dahnil yang memang matang di organisasi dan kelompok masyarakat sipil ini sebelumnya, justru santai menanggapinya. Ia senyum menghadapinya. "Coba itu, kita dibilang kerja setahun sekali," katanya sambil tertawa kecil.
Bekerja Sepanjang Tahun
Meski demikian, mendengar bukan berarti mendiamkan dan tidak merespons. Justru ini baginya kesempatan untuk menjelaskan. Karena penilaian itu muncul kemungkinan karena ketidaktahuan masyarakat.
Dahnil menegaskan pihaknya bekerja setiap hari sepanjang tahun, bahkan waktu 12 bulan masih terasa kurang. Karena memang kerja-kerja persiapan pelaksanaan haji butuh waktu lama.
"Kita ngurusin data, ngurusin ekonomi hajinya, ngurusin penginapannya. Itu dari hulu sampai hilir. Kalau bisa setahun itu kurang waktunya. Orang di sini (Kemenhaj), semuanya setiap hari (bekerja) berkejaran (dengan waktu)," beber mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ini.
Belum lagi kesulitan mempersiapkan pelaksanaan haji mengingat posisi Kemenhaj sepenuhnya menerima dan menyesuaikan terhadap aturan yang ditetapkan oleh pihak kerajaan Saudi Arabia. Setiap kebijakan mereka harus diikuti. Apalagi mereka sangat ketat.
"Jadi kesulitan ngelola perhajian itu adalah, kita tidak punya otoritas penuh dan kita tidak punya otoritas membuat manuver kebijakan dan pengelolaan. Karena manuver kebijakan dan pengelolaan itu ada di tangan pemerintah Saudi Arabia. Di (urusan) haji itu, hari ini aturannya A, besok itu bisa berubah. Kita harus ikuti," katanya.
Rumut dan Kompleksitas Tinggi
Dahnil misalnya menyontohkan terkait dengan murur dan tanazul, skema pergerakan jemaah haji untuk mengurangi kepadatan saat puncak ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Jamaah yang mengikuti murur, bergerak dari Arafah dengan bus yang hanya melewati Muzdalifah tanpa turun dari kendaraan, langsung melanjutkan perjalanan ke Mina. Sementara tanazul memungkinkan jemaah yang tinggal di hotel dekat area Jamarat atau lokasi lontar jumrah untuk kembali ke hotel setelah melempar Jumrah Aqabah.
Dengan demikian, jemaah tidak perlu menginap di tenda di Mina. "Nah, tahun lalu misalnya, hampir sekitar 5.000-an jemaah kita menggunakan skema tanazul. Terutama yang yang sudah sepuh segala macam. Mereka tidak menginap di Mina. Mereka kembali ke hotel," ucapnya.
"Tiba-tiba pemerintah Saudi memutuskan tidak boleh ada tanazul. Semuanya harus nginap di Mina. Itu kan dampaknya pasti banyak. Misalnya, tadinya sudah disiapkan konsumsi di hotel, karena enggak akan nginap di Mina. Sekarang harus mikirin konsumsinya. Penginapan di Mina, tenda-tenda harus disiapin dengan maksimal," lanjutnya.
Dahnil menjelaskan kasus-kasus berupa perubahan kebijakan dari Kerajaan Arab Saudi secara mendadak ini kerap terjadi. Makanya menurutnya, kegiatan yang memiliki persiapan kompleksitas dan kerumitan tingkat tinggi itu adalah pelaksanaan haji.
Karena itulah, salah satu dari 376 Standard Operating Procedures (SOP) terbaru yang telah mereka terbitkan untuk perbaikan tata kelola haji adalah terkait mitigasi resiko.
Umroh Sepanjang Waktu
Terlebih sambung Dahnil, Kemenhaj tidak hanya bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan haji, tapi juga memiliki tugas mengatur dan mengawasi pelaksanaan umrah. Beda dengan haji, umroh bisa dilaksanakan sepanjang tahun.
Dahnil menekankan pihaknya juga memberikan perhatian pelaksanaan umrah ini bisa dijalankan dengan baik, terutama karena jamaahnya sangat banyak.
"Kalau yang terdata itu sekitar 1,6 juta setahun jamaah umroh. Belum termasuk umrah backpacker, umrah mandiri dengan tidak mendaftarkan dirinya, dan segala macam. Jadi kalau ditotal semaunya jamaah umrah kita itu hampir 2 juta setahun," ungkapnya.
Dengan demikian, penilaian bahwa Kemenhaj hanya bekerja sekali dalam setahun sangat tidak relevan.
Peristiwa | 2 hari yang lalu
Hukum | 2 hari yang lalu
Politik | 6 hari yang lalu
Politik | 5 hari yang lalu
Parlemen | 4 hari yang lalu
Ekbis | 4 hari yang lalu
Keamanan | 1 hari yang lalu
Parlemen | 5 hari yang lalu
Dunia | 1 hari yang lalu