Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

LKD Dan Kemitraan Desa Lambangsari Minta Kasus PTSL Kedepankan Restorative Justice

Ancam Mundur Berjamaah Jika Kades Diberhentikan!

Laporan: Tim Redaksi
Minggu, 11 September 2022 | 22:28 WIB
Pembacaan sikap LKD dan Kemitraan Desa Lambangsari terkait kasus PTSL yang menjerat Kades Lambangsari/Ist
Pembacaan sikap LKD dan Kemitraan Desa Lambangsari terkait kasus PTSL yang menjerat Kades Lambangsari/Ist

Raja Media (RM),  Bekasi - Ratusan warga yang terdiri dari unsur Lambaga Kemasyarakatan Desa (LKD) serta Kemitraan Desa membuat pernyataan sikap atas kebijakan PJ Bupati Bekasi Dani Ramdan yang memberhentikan sementara Kades Lambangsari Pipit Haryanti.

Diketahui Pipit tersangkut dugaan korupsi penyalah gunaan kewenangan perangkat desa atas pungutan program Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) 2021.

Pipit sampai saat ini menjadi tahanan Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Bekasi.

Pernyataan LKD dan kemitraan desa bertempat di Aula Desa Lambangsari, Minggu (11/9).

Lembaga kemitraan desa sendiri terdiri dari Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Karang Taruna, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Pokdar Kamtibmas, Linmas/Hansip, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) se- Desa Lambangsari, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. ,

Dalam deklarasi yang dibacakan bersama, mereka juga menolak diangkatnya PLT Kades Lambangsari yang diberikan kepada Sekretaris Desa (Sekdes) dalam mengisi kekosongan jabatan yang terjadi.

"Sejatinya persoalan pemberhentian sementara Kades Lambangsari dan kemudian menetapkan Plt. Kepala Desa adalah sebuah aturan, namun demikian kami menganggap bahwa aturan tersebut dikeluarkan dengan sarat kepentingan politik dan kami menolak kebijakan tersebut, " ujar peserta forum, saat pembacaan deklarasi bersama yang dipimpin Sarjan, salah saorang ketua RT yang didapuk menjadi pembaca deklarasi bersama.

"Kami menganggap bahwa saudara Sekdes  adalah bagian dari peristiwa yang menyebabkan Kades Pipit menjadi tersangka tunggal dan kami anggap janggal, sejatinya kasus yang disangkakan tidak harus sampai kepada ranah penanganan hukum. Sekdes (bendahara PTSL), Kasie. Pemerintahan (coordinator panitia) dan Kepala Dusun adalah bagian dari penentu kebijakan PTSL di dalam kepanitiaan,” sambungnya.

PTSL Dikejar Target

Dalam pembacaan pernyataan sikap itu, mereka juga sangat menyayangkan atas adanya laporan terkait PTSL di Desa Lambangsari yang sejatinya sudah selesai pada 2021 dan sudah terjadi penyerahan sertifikat yang diterima oleh para pemohon.

Karena mereka menilai pungutan Rp. 400 ribu yang mohonkan adalah dalam rangka upaya percepatan dan memaksimalkan jalannya program PTSL yang hanya dikejar dalam tempo waktu 5 (lima bulan) Agustus hingga Desember 2021.

Menurut Sarjan, persoalan PTSL 2021 yang terjadi di wilayahnya tidak ada upaya tindakan untuk melakukan korupsi, karena pungutan biaya PTSL yang dilakukan adalah dalam rangka kebutuhan teknis untuk mempercepat upaya penyelesaian sertifikat.

"Dan terbukti bisa diselesaikan secara cepat dan sudah diterima oleh pemohon/masyarakat sejak Desember 2021 hingga awal tahun 2022," ucapnya.

"Keputusan biaya tambahan adalah kesepakatan dan bukan intruksi atau perintah Kepala Desa dan menjadi keputusan bersama yang kemudian secara mayoritas masyarakat pemohon PTSL setuju dengan suka rela dan tidak berkebaratan serta tidak ada uang negara yang dipakai dalam program tersebut,”ujar Sarjan dalam deklarasi itu.

Kedepankan Musyawarah

Turut juga disampaikan, sejatinya dalam setiap persoalan yang terjadi di wilayah otoritas pedesaan segala hal yang berkaitan dengan hal-hal persengketaan, maupun pada persoalan kebijakan yang berakibat adanya keberatan warga terhadap kebijakan lingkup desa lebih mendahulukan penyelesaian melalui musyawarah, sesuai dengan kondisi dan hak asal usul desa, termasuk terkait persoalan PTSL yang terjadi di wilayahnya.

Mereka menganggap, kasus persoalan PTSL adalah persoalan lebih pada administrasi dan bukan kepentingan memperkaya diri sendiri maupun korupsi uang Negara yang sejatinya bisa terselesaikan melalui jalur-jalur di luar hukum sebelumnya dan patut diduga kasus yang terjadi kepada kades mereka adalah upaya kriminalisasi PTSL.

Dipertegas melalui pernyataannya, budaya lapor melapor terhadap persoalan yang sejatinya bisa terselesaikan melalui musyawarah akan merusak tatanan sistem di masyarakat, dari rentetan kejadian yang terjadi, kami menduga apa yang kemudian terjadi di wilayah kami terkait PTSL lebih pada sarat kepentingan yang cenderung politis.

Dari pernyataan yang disampaikan, mereka juga meminta kepada Pj. Bupati Bekasi untuk menarik surat keputusan Nomor : HK.02.02/Kep.418-DPMD/2022. Plt Kepala Desa Lambangsari yang telah dikeluarkan pada tanggal 8 September 2022.

Serta meminta penyelesaian hukum yang menjerat Kades Pipit Haryanti untuk dilakukan upaya pendekatan restorative justice.

"Jika kemudian pernyataan sikap kami tidak mendapatkan perhatian untuk ditanggapi, maka kami secara bersama akan mundur sebagai LKD dan kemitraan desa, sebagai bentuk keprihatinan kami atas ketidakadilan yang terjadi,” tegasnya menutup penyampaian pernyataan sikap yang dibacakan.rajamedia

Komentar: