Cawapres Prabowo Hampir Pasti Gibran, CSIIS: Bukan Jokowi Kalau Mundur Karena Tekanan Publik
RAJAMEDIA.CO - Polhukam - Duet Prabowo Subiato-Gibran Rakabuming diyakini akan tetap berjalan. Bukan Jokowi (Presiden Joko Widodo) kalau mundur oleh tekanan publik.
Begitu ditegaskan Direktur Ekskutuf CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) M Sholeh Basyari dalam keterangan tertulisnya, Kamis (19/10).
"Tekanan publik atas keputusan MK (Mahkamah Konstitusi) terkait capres-cawapres, tidak akan membuat Jokowi dan Gibran mundur, lebih-lebih Gerindra untuk membatalkan proyek menduetkan Prabowo-Gibran," ujar Sholeh.
"Jokowi itu, tidak mengenal istilah mundur. Dalam banyak hal, ia tampak menikmati tekanan publik. Bukan Jokowi kalau takut kontroversi,” sambungnya.
Dosen Pascasarjana Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta dan UNU Ponorogo ini, bagi Jokowi pantang kembali ke PDIP.
"Mengapa? Jokowi dan keluarganya pasti tersiksa, atau diperlukan tidak nyaman dan tidak terhormat. Sudah mengibarkan bendera perlawanan kok balik lagi. Karena itu, hampir pasti Cawapres Prabowo adalah Walikota Solo,” ujarnya.
Saat ini kata Sholeh, sikap dan langkah politik mantan Walikota Solo ini, ditunggu-tunggu oleh publik. Terutama paska keputusan kontroversi MK.
Pertanyaannya, apakah respon negatif publik atas keputusan tersebut menyurutkan langkah Jokowi untuk tetap mendorong putranya sebagai cawapres Prabowo?
"To be or not to be, Jokowi tampaknya akan all out melawan dan memenangkan konfrontasi dengan PDIP. Jokowi pasti sangat tahu bahwa dia punya andil membesarkan mayoritas elit PDIP saat ini," ujarnya.
"Terlepas dari konflik belakangan (Jokowi Vs PDIP), Jokowi tampaknya melihat jalan terbaik melindungi diri paska lengser adalah jalan politik ini. Dia tidak lagi memilih jalan sunyi,” terangnya.
Mnurut M Sholeh, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi Jokowi. Pertama, sejak satu tahun terakhir, Jokowi sibuk cawe-cawe soal capres-cawapres.
Kedua, pada sejumlah cawe-cawenya, Jokowi sering memaksakan skenarionya.
Ketiga, koalisi Gerindra-PKB yang berusia setahun kemudian bubar, tak bisa lepas dari campur tangan ini.
Keempat, sulitnya PDIP menentukan cawapres Ganjar serta, gagalnya Gerindra menjinakkan PKB, kuat beraroma sebagai skenario Istana.
Kelima, menguatnya Gibran sebagai cawapres Prabowo, penempatan Kaeseng sebagai Ketum PSI serta keputusan kontroversi MK tentang kepala daerah untuk nyapres, adalah sepenggal proyek politik jangka panjang Jokowi.
Dan, keenam, dengan sejumlah fakta ini, nyaris mustahil Jokowi lempar handuk dari pencawapresan Gibran dan kembali baik-baik ke kandang banteng.
"Saya yakin duet Prabowo-Gibran menjadi kenyataan,” pungkasnya.
Peristiwa | 4 hari yang lalu
Hukum | 5 hari yang lalu
Politik | 6 hari yang lalu
Politik | 5 hari yang lalu
Ekbis | 6 hari yang lalu
Politik | 4 hari yang lalu
Parlemen | 6 hari yang lalu
Nasional | 6 hari yang lalu
Daerah | 3 hari yang lalu