Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Anggota BAM Sentil Stigma PMI = Pembantu: Negara Harus Ralat, Ini Kelas Menengah Baru!

Laporan: Firman
Sabtu, 24 Mei 2025 | 10:17 WIB
Anggota Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI, Totok Hedi Santosa. - Humas DPR RI -
Anggota Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI, Totok Hedi Santosa. - Humas DPR RI -

RAJAMEDIA.CO - Surabaya, PMI– Anggota Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI, Totok Hedi Santosa, menyentil keras masih melekatnya stigma usang terhadap pekerja migran Indonesia. 
 

Dalam kunjungan kerja spesifik BAM ke Kantor Gubernur Jawa Timur, Kamis (22/5/2025), Totok menegaskan perlunya negara hadir aktif merawat eks PMI sebagai embrio kelas menengah baru di daerah.
 

“Asosiasi PMI = Pembantu, Harus Diubah!”
 

"Ini soal pola pikir bangsa," tegas Totok. "Kalau bicara tenaga kerja Indonesia, asosiasinya langsung pembantu. Padahal banyak dari mereka punya keterampilan tinggi, bahkan pulang dengan modal."
 

Totok menilai narasi lama itu telah mengerdilkan potensi para PMI yang sejatinya punya peran besar sebagai penggerak ekonomi, baik di luar negeri maupun sepulang ke tanah air.
 

Sejarah Migrasi dan Peluang Baru
 

Ia menelusuri sejarah panjang migrasi tenaga kerja Indonesia sejak 1960-an, saat mereka bekerja tanpa upah mengikuti keluarga elite lokal. Namun kini, kata dia, situasinya berubah: banyak eks PMI pulang dengan modal, membentuk koperasi, dan memulai usaha.
 

“Kalau tidak dirawat, mereka bisa jatuh miskin lagi. Siklusnya balik lagi: anak-anaknya jadi PMI lagi. Ini harus kita putus,” katanya tegas.
 

Dukungan Nyata, Bukan Sekadar Apresiasi
 

Menurut politisi PDI Perjuangan itu, negara harus menyediakan dukungan nyata—bukan hanya seremonial penghargaan. Ia menyarankan dana khusus hingga regulasi baru agar eks PMI berkembang jadi motor ekonomi daerah.
 

“Kenapa kita bangga kerja di luar negeri? Kecuali jadi dosen atau engineer. Harusnya mereka bisa sukses juga di dalam negeri,” tandas Totok.
 

Ia berharap negara benar-benar hadir dalam setiap fase perjalanan hidup para pekerja migran, bukan hanya saat mereka menghasilkan devisa. Karena bagi Totok, pekerja migran bukan sekadar pahlawan devisa, tapi aset bangsa yang harus dirawat.rajamedia

Komentar: