Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Sabar Itu Lapar

Seri - 5

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Selasa, 04 Maret 2025 | 04:00 WIB
Ilustrasi -
Ilustrasi -

RAJAMEDIA.CO -  PUASAitu latihan. Latihan untuk menahan diri. Lapar, haus, emosi.
 

Tapi yang paling berat? Menahan diri untuk tidak marah. Menahan lidah untuk tidak nyinyir. Menahan jari untuk tidak mengetik hal-hal yang bikin dosa.
 

Lapar? Itu biasa. Haus? Bisa ditahan. Tapi ketika orang lain mulai memancing emosi? Itu ujian sesungguhnya.
 

Saya pernah melihat orang berbuka lebih cepat. Alasannya? 

 

"Daripada saya marah, mending batal saja." 

 

Saya tertawa. Sebuah logika yang masuk akal, tapi sekaligus bertentangan dengan esensi puasa itu sendiri.
 

Karena sabar itu bukan soal menunda makan. Tapi bagaimana tetap tenang saat lapar. Tetap tersenyum saat disakiti. Tetap menahan diri saat ingin membalas.
 

Ibnu Qayyim pernah berkata, “Kesabaran itu ada dua macam: sabar terhadap sesuatu yang tidak kau inginkan dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau inginkan.” 
 

Puasa mengajarkan keduanya. Sabar menahan lapar yang tidak kita inginkan. Sabar menahan nafsu yang sebenarnya kita inginkan.
 

Kita ini hidup di era yang serba cepat. Apa-apa harus instan. Makan tinggal pesan. Belanja tinggal klik. Marah pun tinggal ketik. Tak perlu menunggu lama, status WhatsApp bisa langsung menjadi pelampiasan.
 

Itulah mengapa puasa ini penting. Ia mengajarkan kita untuk pelan-pelan. Untuk menahan diri. Untuk memahami bahwa tidak semua harus segera. Kadang menunggu itu perlu.
 

Jalaluddin Rumi pernah berkata, “Sabar itu bukan berarti pasrah menunggu, tapi kemampuan untuk tetap bertahan dengan hati yang penuh ketenangan.” 

 

Begitu juga dengan puasa. Bukan sekadar menunggu waktu magrib, tapi bagaimana tetap berbuat baik meski lapar, tetap menahan diri meski lelah, tetap tersenyum meski ada yang menyakiti.
 

Seperti sabar dalam puasa. Seperti sabar dalam hidup.

 

Karena sabar itu lapar. Dan lapar itu bagian dari perjalanan. rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
Foto ilustrasi --
Menjaga Lisan dan Hati
Senin, 03 Maret 2025
Foto Ilustrasi --
Puasa Sebagai Benteng Diri
Minggu, 02 Maret 2025
Foto Ilustrasi -
Ramadan dan Kejujuran Hati
Sabtu, 01 Maret 2025
Ilustrasi ngakali rakyat - Repro -
Ngakali Rakyat, Lagi dan Lagi
Jumat, 28 Februari 2025
Ilustrasi ramdahan - Foto: istockphoto -
Bersihkan Hati, Nikmati Ramadhan
Jumat, 28 Februari 2025
Arisan Keluarga Muda (ARDA) UIN Jakarta saat menjelajah Curug Bidadari di Bojong Koneng, Sentul, Bogor. [Foto: Dokumentasi Pribadi/RMN]
ARDA Menaklukkan Curug Bidadari
Senin, 17 Februari 2025