Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Evakuasi Itu… Relokasi?

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Minggu, 13 April 2025 | 04:00 WIB
Ilustrasi -
Ilustrasi -

RAJAMEDIA.CO - SAYA tercenung ketika Presiden Prabowo menyatakan kesiapan Indonesia untuk mengevakuasi warga sipil Palestina. Seketika, headline media dunia menyorot nama Indonesia. Kata-katanya terdengar mulia: kemanusiaan, solidaritas, penyelamatan.
 

Sebagai bangsa yang punya sejarah panjang membela Palestina, kita bangga. Tapi kebanggaan itu harus disertai kesadaran. Bahwa dalam politik global, tidak semua yang tampak indah berarti tak berbahaya.
 

Pertanyaannya sederhana—dan menyakitkan:
Kalau warga Palestina kita evakuasi, ke mana mereka akan kembali?
 

Karena yang mereka inginkan bukan sekadar bertahan hidup. Mereka ingin pulang. Pulang ke tanah yang selama puluhan tahun mereka perjuangkan. Tanah yang kini digempur, digusur, dan kalau Trump berhasil, mungkin akan dikosongkan total.

Foto: Dok ANTARA

 

Trump dan Mimpi Kosongkan Gaza
 

Donald Trump kini kembali berkuasa di Amerika Serikat. Lebih frontal dari sebelumnya. Ia sudah bicara blak-blakan: Gaza sebaiknya “dikosongkan”, rakyatnya direlokasi ke Mesir, Yordania, bahkan negara-negara Asia. Ia tidak sendiri. Israel menyambut skenario itu dengan senyum sinis: tanpa perang jangka panjang, Gaza bisa bersih.
 

Evakuasi dalam kacamata kita adalah penyelamatan sementara. Tapi bagi mereka? Itu bisa jadi tiket pengusiran permanen.
 

Kalau kita ikut memfasilitasi, walau dengan niat kemanusiaan, apa kita tidak sedang membantu agenda mereka?
 

Evakuasi Bisa Menjadi Senjata Halus
 

Di sinilah dilema Indonesia. Kita ingin menolong. Tapi kita juga tidak ingin menjadi alat. Tidak semua yang dibungkus “kemanusiaan” bebas dari muatan geopolitik.
 

Saya yakin, Presiden Prabowo tidak sedang bermain-main. Ia punya niat tulus. Tapi niat saja tidak cukup dalam dunia yang penuh jebakan. Kemanusiaan bisa jadi senjata halus. Evakuasi bisa jadi bungkus diplomatik dari relokasi paksa. Dan itu bukan sekadar wacana.
 

Saya teringat UUD 1945. Tepatnya Pembukaan alinea pertama:

 

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan…”
 

Kalimat itu bukan hanya puisi. Itu prinsip. Kompas moral kita dalam hubungan internasional. Kita tidak bisa menghapus penderitaan rakyat Palestina hanya dengan memindahkan mereka dari rumahnya.
 

Hak Pulang, Bukan Sekadar Bertahan Hidup
 

Pengungsian bukan kemerdekaan.
Evakuasi tanpa kepastian pulang, adalah relokasi.
Dan relokasi, bila dipaksakan oleh situasi, adalah bentuk baru dari penjajahan.
 

Presiden Prabowo tentu tahu itu. Ia tidak naif. Ia tidak akan membiarkan Indonesia dicatat sejarah sebagai bagian dari strategi pengusiran massal. Tapi publik harus tetap kritis. Harus terus mengingatkan. Karena sejarah seringkali mencatat bukan hanya apa yang kita lakukan—tapi juga apa yang kita biarkan terjadi.
 

Saya berharap Indonesia bersikap jelas:
Evakuasi, ya.
Tapi harus ada jalan pulang.
Relokasi permanen? Tidak. Itu bukan Indonesia.
 

Kita pernah jadi bangsa terjajah. Kita tahu sakitnya kehilangan tanah, rumah, dan martabat. Maka tugas kita bukan hanya menyelamatkan nyawa, tapi juga menjaga harapan: bahwa satu hari nanti, rakyat Palestina bisa kembali, berdiri di tanahnya sendiri, sebagai bangsa merdeka.
 

Sebab seperti tertulis di konstitusi kita, kemerdekaan adalah hak segala bangsa—termasuk bangsa Palestina.
 

*Penulis: Pemred Raja Media Network, Ketua DPP PJS, Pengurus Pusat IKALUIN Jakartarajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
ilustrasi -
Lancar Karena Lesu?
Jumat, 11 April 2025
Skuad Garuda Muda U - 17. - Foto: Dok PSSI -
Garuda Muda Menatap Qatar
Selasa, 08 April 2025
Ilustrasi - Medsos -
Mengadu Nasib ke Kota
Senin, 07 April 2025