Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Maruarar Sirait, Arsitek Senyap di Balik Piala Presiden

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Minggu, 06 Juli 2025 | 11:31 WIB
Ketua SC Piala Presiden 2025 Maruarar Sirait bersama Ketum PSSI Erick Thohir - Dok PSSI -
Ketua SC Piala Presiden 2025 Maruarar Sirait bersama Ketum PSSI Erick Thohir - Dok PSSI -

RAJAMEDIA.CO - SAYA ingat benar tahun 2015. Sepak bola Indonesia sedang sekarat. Sanksi FIFA menggantung di kepala. Kompetisi nasional lumpuh. Para pemain menganggur, stadion seperti kuburan, dan publik kehilangan kepercayaan.
 

Tapi di tengah kekacauan itu, ada satu orang yang berpikir beda. Ia tidak mengeluh. Tidak menuding. Tidak membangun narasi pesimistis. Ia justru berpikir: “Apa yang bisa saya lakukan?”
Itulah Maruarar Sirait.
 

Ia bukan pengurus PSSI. Bukan pejabat Kemenpora. Tapi ia punya satu hal yang lebih penting: kemauan politik dan keberanian mengambil risiko.

Ara — begitu ia disapa — bukan orang baru di sepak bola. Tapi di tahun-tahun itu, ia menjelma jadi “otak sukses” Piala Presiden. Di saat banyak orang memilih menonton dari luar pagar, Ara masuk ke lapangan — secara harfiah dan politis.
 

Ia menjalin jaringan. Menyatukan yang tercerai. Dari PSSI yang sedang tak diakui, ke klub-klub yang bingung masa depan, sampai ke para sponsor yang takut rugi. Ia meyakinkan satu per satu bahwa turnamen ini penting — bukan untuk gaya-gayaan, tapi untuk menyelamatkan nyawa sepak bola Indonesia.
 

Dan berhasil.
 

Piala Presiden edisi pertama menjadi seperti secercah cahaya di ruang gelap. Stadion penuh. Klub-klub berlaga seperti final sungguhan. Pemain kembali percaya diri. Rakyat kembali menonton. Bahkan Presiden Joko Widodo (saat menjabat) pun turun tangan — menyerahkan piala secara langsung.

 

Itu 10 tahun lalu. Dan ajaibnya: semangat itu tetap hidup sampai hari ini.
 

Tahun 2025, Piala Presiden digelar lagi. Lebih megah. Lebih profesional. Tapi masih dengan rasa yang sama: rasa harapan.
 

Ara - di tahun 2025, posisinya tidak lagi di DPR. Tapi justru lebih tinggi. Lebih strategis. Ia menjabat sebagai Menteri Perumahan dan Pemukiman di kabinet Prabowo. Tapi anehnya — dan ini khas Maruarar — ia tidak menjadikan kekuasaan itu untuk menonjolkan diri.
 

Tidak juga untuk mengklaim turnamen ini sebagai proyek pribadi.
 

Ia tetap rendah hati. Tetap senyap. Tetap tak mau rebutan kamera. Ia membiarkan Piala Presiden bicara sendiri. Ia tahu: yang penting bukan siapa yang terlihat, tapi siapa yang bekerja.
 

Dan memang itu Maruarar dari dulu.
 

Seperti saat menjadi anggota DPR, ia membela KPK diam-diam. Seperti saat menjadi politisi muda, ia melatih ratusan anak muda menjadi pemimpin daerah. Dan kini, sebagai menteri, ia tetap sama: berpikir besar, bertindak senyap.
 

Piala Presiden akan terus bergulir. Stadion akan tetap ramai. Nama-nama juara akan berganti. Tapi ada satu nama yang akan selalu disebut — setidaknya di ruang-ruang dalam:
Maruarar Sirait.
 

Penulis: Pimred Raja Media, Ketua DPP PJS -rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA