BMKG Peringatkan Potensi Kebakaran Hutan di Riau: Puncak Kemarau Datang Lebih Cepat!

RAJAMEDIA.CO - Pekanbaru, Karhutla — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan seluruh pemangku kebijakan dan masyarakat untuk waspada terhadap tingginya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Riau dan sekitarnya.
Pasalnya, puncak musim kemarau di provinsi ini datang lebih awal dibanding wilayah lain di Indonesia.
“Puncak musim kemarau di Riau berlangsung pada Juli, berbeda dengan mayoritas wilayah Indonesia yang puncaknya terjadi di Agustus. Karena itu, Riau sedang dalam masa paling rawan terjadinya karhutla,” tegas Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Kamis (24/7).
Curah Hujan di Bawah 20 mm, Awan Minim untuk TMC
Berdasarkan prakiraan BMKG, curah hujan di Riau pada dasarian III Juli hingga awal Agustus berada di kategori rendah, sebagian bahkan di bawah 20 mm. Minimnya pembentukan awan hujan turut menyulitkan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang menjadi andalan dalam pemadaman karhutla.
“Hari ini awan sangat minim. Namun semalam, kami bersyukur bisa melakukan penyemaian hingga pukul 21.00 WIB untuk menabung air agar melembabkan lahan gambut,” kata Dwikorita.
Hotspot Tak Selalu Valid, SiPongi Lebih Akurat
BMKG menegaskan pentingnya penggunaan data satelit dalam negeri seperti SiPongi untuk memantau titik panas. Dwikorita memperingatkan bahwa hotspot dari satelit luar negeri kerap menyesatkan karena bisa berasal dari refleksi panas permukaan, bukan kebakaran sebenarnya.
“Kami perlu menganalisis hotspot dengan cermat. Bukan berarti semua titik panas itu karhutla,” tegasnya.
TMAT di Lahan Gambut Sudah Turun 1 Meter
Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, mengungkapkan bahwa Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) di lahan gambut Riau saat ini sudah berada di angka 1 meter di bawah permukaan, sangat rentan terhadap kebakaran.
“Target kita dalam seminggu ke depan, TMAT bisa naik hingga di atas 40 cm. Ini penting agar lahan tidak mudah terbakar,” jelas Seto.
Operasi Penyemaian Dioptimalkan hingga Akhir Juli
BMKG mengandalkan enam armada pesawat untuk operasi TMC yang bekerja sama dengan BNPB. Fokus penyemaian awan diarahkan ke wilayah berpotensi awan hujan, agar air bisa ditabung sebelum memasuki Agustus yang lebih kering.
“Kami targetkan bisa menampung air dari 25 hingga 28 Juli karena awal Agustus nanti curah hujan kembali menurun,” imbuh Seto.
BMKG: Jangan Anggap Riau Baik-baik Saja
BMKG menegaskan, Riau bukan dalam kondisi aman. Suhu permukaan tinggi, hujan rendah, dan gambut mengering adalah kombinasi yang sempurna untuk memicu karhutla. Karena itu, kolaborasi lintas sektor sangat dibutuhkan, mulai dari pemerintah daerah, TNI/Polri, hingga dunia usaha dan masyarakat.
Politik 6 hari yang lalu

Gaya Hidup | 6 hari yang lalu
Parlemen | 2 hari yang lalu
Politik | 4 hari yang lalu
Opini | 5 hari yang lalu
Politik | 6 hari yang lalu
Hukum | 5 hari yang lalu
Hukum | 6 hari yang lalu
Politik | 1 hari yang lalu
Hukum | 6 hari yang lalu