Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Tom Lembong: Kapitalis Masuk Penjara

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Minggu, 20 Juli 2025 | 16:10 WIB
Tom Lembong saat menjadi pembatu Presiden ke - 7, Joko Widodo - Repro -
Tom Lembong saat menjadi pembatu Presiden ke - 7, Joko Widodo - Repro -

RAJAMEDIA.CO -  SAYA tidak kenal Tom Lembong secara pribadi, tapi saya tahu sepak terjangnya.
 

Tapi saya mengikuti kasusnya. Dari awal. Sampai vonis 4,5 tahun yang jatuh kemarin.
 

Dia bukan maling. Dia bukan pencuri uang negara. Tapi tetap divonis. Karena satu alasan: memperjuangkan logika pasar. 'Ekonomi Kapitalis - begitu kata Hakim'.
 

Pasar Bebas yang Dibelenggu
 

Tom adalah wajah modern Indonesia. Pernah membawa nama Indonesia harum di Davos. Di forum-forum internasional.
 

Dia percaya, seperti kata Mohammad Hatta:
 

“Indonesia tidak anti-kapitalisme. Tapi kapitalisme tidak boleh dibiarkan menguasai hidup rakyat kecil.”
 

Tom lupa bagian keduanya. Ia terlalu mempercayai kekuatan pasar. Menganggap pasar bisa menyelamatkan industri.
 

Di negeri ini, itu kesalahan besar.
 

Prosedur vs Niat Baik
 

Hakim bilang, Tom tidak korupsi. Tidak ada uang mengalir ke rekening pribadinya. Tidak ada transfer gelap.
 

Yang ada hanya prosedur yang tidak lengkap. Maka dia dijerat Tipikor.
 

Saya jadi teringat kata Buya Hamka:
 

“Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.”
 

Tom bukan hanya sekadar hidup. Dia bekerja untuk menyelamatkan ekonomi. Tapi justru dihukum.
 

Siapa yang Ditumbalkan?
 

Pertanyaan yang selalu sama: mengapa yang melanggar prosedur demi rakyat dipenjara, tapi yang melanggar prosedur demi kekayaan pribadi malah naik jabatan?
 

Gus Dur pernah menyindir tajam:
 

“Hukum di Indonesia tajam ke bawah, tumpul ke atas.”
 

Kasus Tom adalah pengingat, hukum kita belum benar-benar sembuh.
 

Jasa Tak Selalu Dibalas
 

Tom pernah menyelamatkan muka Indonesia, ketika presiden gagap di forum internasional. Tapi sejarah republik ini memang kejam pada orang yang tidak punya backing politik.
 

Seperti yang pernah diucapkan KH Mustofa Bisri (Gus Mus):
 

“Banyak orang yang kelihatannya kalah, tapi sesungguhnya dia menang. Dan banyak orang yang kelihatannya menang, tapi sesungguhnya dia sedang menumpuk kekalahan.”
 

Tom hari ini kalah di pengadilan. Tapi bisa jadi, dia menang dalam catatan nurani bangsa.
 

Yurisprudensi Baru: Jangan Terlalu Jujur!
 

Vonis Tom menandai babak baru dalam penegakan hukum. Babak yang sepertinya menyuruh pejabat lebih baik diam, ikut arus, jangan berani macam-macam.
 

Saya teringat pesan Bung Karno:
 

“Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
 

Tom mungkin tidak membaca kutipan itu, atau sudah membaca tapi mengabaikannya.
 

Negara Sakit, Orang Jujur Jadi Korban
 

Apa kabar republik ini kalau orang jujur malah masuk penjara? Apa kabar masa depan negeri ini kalau keberanian mengambil keputusan malah dihukum?
 

Saya tidak tahu.
 

Tapi saya ingat satu kata pendek dari Gus Dur:
 

“Begitulah Indonesia.”

 

Lekas pulih, Indonesiaku. Sebelum terlalu banyak Tom Lembong lain yang dipasung. Sebelum maling-maling diangkat jadi pahlawan.

 

Penulis: Pimred Raja Media, Ketua Dewan Etik PJS, Wabendum IKALUIN Jakartarajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA