Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

BMKG: Faktor Lingkungan dan Infrastruktur Perparah Dampak Banjir

Laporan: Halim Dzul
Sabtu, 13 September 2025 | 13:37 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati - Foto: Dok BMKG -
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati - Foto: Dok BMKG -

RAJAMEDIA.CO - Jakarta, BMKG - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menilai faktor lingkungan dan infrastruktur yang kurang baik memperparah dampak banjir. Pasalnya, BMKG memprediksi hujan deras mengguyur banyak wilayah di Indonesia di pertengahan September 2025.
 

Sistem Drainase Belum Mampu Tangani Volume Air Besar
 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut sistem drainase di sejumlah wilayah belum mampu menyalurkan volume air hujan yang sangat besar. Pasalnya, pada 12 September hingga 14 September 2025 akan diprediksi hujan lebat akan terjadi di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Kalimantan Barat.
 

“Buruknya sedimentasi dan sampah yang menyumbat saluran air, sehingga risiko genangan semakin tinggi. Sejumlah wilayah seperti Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, dan DI Yogyakarta juga diperkirakan akan basah kuyup diguyur hujan deras,” kata Dwikorita Karnawati dalam keterangan pers di Jakarta, Sabtu (13/9/2025).
 

Hujan Lebat Berpotensi terjadi di Berbagai Wilayah
 

Dwikorita menyebut hujan lebat juga berpotensi terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tengah. Kemudian, terjadi juga di Provinsi Sulawesi Barat, Maluku, Papua Tengah, dan Papua Selatan.
 

“Sedangkan angin kencang berpeluang terjadi di Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Sementara, 15 September dan 18 September 2025 hujan lebat diprediksi melanda Jawa Tengah, Jawa Timur. Selain itu, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan, dengan potensi angin kencang masih mengintai Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku,” ujarnya.
 

Dinamika Atmosfer yang Kompleks
 

Saat ini, kata Dwikorita, dinamika atmosfer cukup kompleks dan berkontribusi pada peningkatan risiko bencana hidrometeorologi di berbagai daerah. Menurut Dwikorita, Fase Dipole Mode Index (DMI) negatif (−1,27) dan anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) bernilai negatif mendukung pembentukan awan hujan.
 

BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi dan memastikan infrastruktur drainase dalam kondisi baik untuk mengurangi dampak banjir.rajamedia

Komentar: