Alex Indra: Penyerapan Gabah Tanpa Kualitas Bisa Bikin Bulog Kacau

RAJAMEDIA.CO - Jakarta, Legislator - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Alex Indra Lukman mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam memberikan penugasan khusus kepada Perum Bulog untuk membeli gabah dari petani tanpa mempertimbangkan kualitas (at any quality).
Menurutnya, kebijakan seperti itu justru berpotensi menimbulkan masalah serius terhadap mutu beras nasional dan memperburuk tata kelola penyimpanan di gudang Bulog.
“Bahan bakunya bermasalah, kemudian disimpan dalam jumlah jauh melebihi kapasitas gudang yang dimiliki. Kekacauannya makin sempurna seiring tata kelolanya yang tak kunjung dibenahi,” ujar Alex dikutip dari Parlementaria, Kamis (9/10/2025).
Beras Turun Mutu dan Gudang Penuh
Pernyataan Alex menanggapi temuan Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang melaporkan 29.990 ton beras Bulog mengalami penurunan mutu, serta 1,45 juta ton lainnya telah disimpan lebih dari enam bulan.
Temuan itu merupakan tindak lanjut dari inspeksi mendadak Ketua Komisi IV DPR RI Titiek Soeharto ke gudang Bulog Ternate, Maluku Utara, pada 23 September 2025, yang menemukan sekitar 1.200 ton beras turun mutu.
Menurut Alex, kondisi tersebut memperlihatkan bahwa kebijakan penyerapan gabah tanpa memperhatikan kualitas dan kapasitas penyimpanan berisiko tinggi terhadap stabilitas mutu pangan nasional.
Evaluasi Panja Penyerapan Gabah
Sebagai Ketua Panitia Kerja (Panja) Penyerapan Gabah dan Jagung Komisi IV DPR RI, Alex menegaskan Panja akan terus melakukan pengawasan dan evaluasi menyeluruh atas pelaksanaan kebijakan penyerapan hasil pertanian oleh Bulog.
“Tujuan Panja jelas, memastikan kebijakan pemerintah di lapangan berjalan seperti yang diharapkan — petani menerima harga layak, hasil panen terserap optimal, dan stabilitas pangan tetap terjaga,” tegasnya.
Jangan Ulangi Kesalahan Semester I
Alex juga menyoroti penugasan baru kepada Bulog pada Semester II/2025 untuk kembali menyerap gabah kering panen (GKP) dengan harga Rp 6.500 per kilogram.
Ia mengingatkan agar Bulog tidak mengulangi kesalahan pada Semester I, di mana kebijakan serapan justru membuat stok menumpuk hingga 4,2 juta ton beras — tertinggi sepanjang sejarah.
“Secara statistik, ini tampak seperti prestasi. Tapi di balik itu, kita dihadapkan dengan tantangan besar: turunnya mutu beras di gudang-gudang Bulog,” ungkap politisi PDI Perjuangan asal Sumatera Barat itu.
Pengelolaan Anggaran Harus Tepat Sasaran
Meski Bulog bukan lembaga yang berorientasi laba, Alex menegaskan bahwa pengelolaan anggaran negara tetap harus memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Beras yang turun mutu atau rusak, katanya, hanya akan menambah pemborosan dan menggerus kepercayaan publik terhadap pengelolaan pangan nasional.
“Beras yang telah berusia lebih dari enam bulan di gudang tentu masuk kategori turun mutu. Jika tata kelolanya tidak dibenahi, masalah ini akan terus berulang,” tegasnya.
Antisipasi Panen Gadu
Sebelumnya, Bapanas melalui surat nomor 257/TS.03.03/K/9/2025 telah menugaskan kembali Bulog untuk melakukan pengadaan gabah dan beras pada Semester II/2025.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi melimpahnya hasil panen gadu, yakni panen padi musim kemarau yang berlangsung September hingga Desember 2025.
Namun, Alex menegaskan, penugasan strategis seperti ini seharusnya dibarengi dengan standar mutu yang jelas dan kapasitas gudang yang memadai, agar tidak menimbulkan persoalan baru di kemudian hari.
“Bulog perlu berbenah, bukan sekadar menyerap. Karena yang kita kejar bukan hanya jumlah, tapi kualitas dan ketahanan pangan nasional,” tutup Alex.
Ekbis 6 hari yang lalu

Hukum | 6 hari yang lalu
Keamanan | 5 hari yang lalu
Daerah | 2 hari yang lalu
Info Haji | 6 hari yang lalu
Keamanan | 4 hari yang lalu
Politik | 3 hari yang lalu
Politik | 2 hari yang lalu
Pendidikan | 6 hari yang lalu
Opini | 4 hari yang lalu