Pilkada Ulang, Dinasti Pulang?

RAJAMEDIA.CO - SAYA tidak menyangka Pilkada Banten - Kabupaten Serang akan diulang. Tapi mungkin memang harus begitu.
Ada yang tidak beres. Dan Mahkamah Konstitusi pun memutus: ulang.
Tapi siapa sangka, pemicunya bukan soal perhitungan suara. Bukan juga soal surat suara palsu. Melainkan intervensi dari suami calon.
Ratu Zakiyah, calon muda yang penuh semangat perubahan itu, ternyata adalah istri dari Yandri Susanto, Menteri Desa.
Dan Yandri—entah karena terlalu ingin istrinya menang, atau terlalu percaya diri sebagai pejabat pusat—terlalu jauh melangkah. Memberi tekanan pada kepala desa. Mengarahkan dukungan. Bahkan, konon, memanggil mereka ke Jakarta.
Itu yang membuat MK memutus: ulang.
Siapa Lawan, Siapa Korban?
Di sisi lain, ada Andika Hazrumy. Anak Ratu Atut. Mantan Wakil Gubernur. Calon dengan mesin besar dan sejarah panjang.
Tapi ia seperti kehilangan tenaga.
Tak ada baliho besar. Tak ada pesta relawan. Tak ada suara keras dari loyalis lama. Seperti jalan sunyi. Seperti laga yang dijalani setengah hati.
Apakah Andika sudah menyerah sebelum bertarung?
Atau justru sedang menyusun strategi diam-diam?
Yang jelas, ini bukan gaya dinasti Atut yang dulu.
Dulu, semua ormas turun. Sekarang? Sepi.
Zakiyah dan Beban “Kekuatan Pusat”
Ratu Zakiyah masih muda. Cerdas. Perempuan. Lulusan luar negeri.
Tapi satu hal tak bisa dibantah: ia kini dikaitkan dengan kekuasaan pusat.
Suaminya, Yandri, adalah Menteri Desa. Dan itulah pedang bermata dua.
Di satu sisi, membawa jaringan besar. Di sisi lain, jadi titik lemah yang digugat ke MK.
Kini publik bertanya:
"Kalau menang nanti, apakah kepala desa bisa benar-benar netral?"
Atau... akan tetap ada garis komando dari Jakarta?
Dinasti Politik dan Tradisi Lama
Andika adalah simbol dari masa lalu. Dari dinasti yang dulu begitu berkuasa.
Tapi kekalahan di Pilkada pertama memperlihatkan: hegemoni itu mulai usang.
Masyarakat Banten sudah berubah.
Anak-anak muda sekarang tidak terlalu kenal Atut.
Yang mereka tahu: siapa yang dekat dengan influencer, TikTok, dan isu-isu riil di lapangan.
Zakiyah justru bermain di sana. Bukan di struktur, tapi di simpati.
Suasana yang Tidak Lagi Meriah
Yang juga menarik: Pilkada ulang ini terasa... sepi.
Tidak ada gemuruh. Tidak ada perang baliho. Tidak ada euforia.
Padahal biasanya, Pilkada Banten seperti Lebaran kedua.
Kenapa sekarang seperti Ramadan hari ke-28?
Apakah karena rakyat jenuh? Atau karena elite politik sudah lelah sendiri?
Mungkin dua-duanya.
Banten dan Jejak Politiknya: Dari Kerajaan ke Kekuasaan Ulama
Banten bukan daerah biasa. Sejarah politiknya panjang.
Dulu kerajaan Islam. Kemudian basis ulama. Lalu berkembang menjadi tanah yang dikuasai jaringan kekerabatan dan loyalis.
Dari masa ke masa, satu hal tak berubah:
Siapa dekat dengan pesantren, biasanya menang.
Tapi sekarang berbeda. Pesantren pun terbelah.
Sebagian ke Andika. Sebagian ke Zakiyah.
Dan sebagian lagi... menunggu siapa yang terlihat paling jujur.

Siapa Menang? Mungkin Bukan yang Paling Kuat
Saya tidak tahu siapa yang akan menang.
Tapi saya tahu: rakyat sudah tidak lagi tunduk pada nama besar atau uang besar.
Mereka ingin pemimpin yang dekat, yang nyata, yang tidak sombong, dan tidak sok berkuasa.
Zakiyah punya semangat. Tapi dibayangi suaminya.
Andika punya nama. Tapi dibayangi sejarah ibunya.
Dan rakyat harus memilih:
antara masa lalu yang masih relevan atau masa depan yang masih penuh tanya.
Saya hanya menunggu. Sambil mengingat satu hal:
“Yang muda belum tentu menang. Tapi yang tua belum tentu dipercaya lagi.”
Wallahualam -
*Penulis: Penanggung jawab Raja Media Network (RMN), Ketua DPP PJS (kode etik), Pengurus pusat IKALUIN Jakarta
Ekbis | 6 hari yang lalu
Daerah | 6 hari yang lalu
Dunia | 6 hari yang lalu
Ekbis | 2 hari yang lalu
Politik | 5 hari yang lalu
Ekbis | 3 hari yang lalu
Parlemen | 6 hari yang lalu
Pendidikan | 3 hari yang lalu
Politik | 1 hari yang lalu