Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Menag: Pesantren Adalah Benteng Peradaban, Bukan Objek Sensasi!

Laporan: Firman
Rabu, 15 Oktober 2025 | 21:43 WIB
Menag Nasaruddin Umar saat menjawab pertanyaan wartawan di halaman Sasana Manggala Praja, Rabu (15/10/2025). - Humas Kemenag-
Menag Nasaruddin Umar saat menjawab pertanyaan wartawan di halaman Sasana Manggala Praja, Rabu (15/10/2025). - Humas Kemenag-

RAJAMEDIA.CO - Jakarta, Pesantren - Suasana keprihatinan menyelimuti pernyataan Menteri Agama RI Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, usai menonton program ‘Xpose Uncensored’ yang ditayangkan Trans7 pada Senin (13/10/2025). 
 

Tayangan tersebut menimbulkan kegaduhan publik karena dianggap merendahkan martabat pondok pesantren.
 

“Saya merasa sangat sedih menyaksikan pondok pesantren yang begitu kuat mempertahankan kemandirian dan keikhlasan, tapi diobok-obok, diacak-acak,” tegas Menag Nasaruddin di halaman Sasana Manggala Praja, Rabu (15/10/2025).
 

Pesantren, Warisan Adab dan Moral Bangsa
 

Program tersebut dinilai mengandung narasi provokatif, salah satunya dengan judul yang menyinggung, “Santrinya Minum Susu Aja Kudu Jongkok, Emang Gini Kehidupan Pondok.”
 

Menag menilai, narasi semacam ini tidak hanya keliru, tetapi juga melukai hati jutaan santri dan kiai di seluruh Indonesia.
 

“Selama ratusan tahun, pondok pesantren telah berjasa besar membentuk masyarakat Indonesia yang beradab, mandiri, dan berjiwa gotong royong. Itulah budaya luhur bangsa kita,” ujar Nasaruddin dengan nada kecewa.
 

Gelombang Kritik dari Publik dan Parlemen
 

Tayangan tersebut memicu gelombang kritik luas. Santri dan alumni pesantren di berbagai daerah menyerukan kecaman terhadap isi program yang dianggap melecehkan lembaga pendidikan Islam.
Anggota Komisi I DPR RI Fraksi PKB, Oleh Soleh, turut mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk segera turun tangan.
 

“Tayangan seperti itu sangat tidak pantas disiarkan di ruang publik. Program itu telah melecehkan simbol-simbol keagamaan, terutama kiai dan pesantren yang selama ini menjadi penjaga moral bangsa,” tegasnya, Selasa (14/10/2025).
 

Seruan Damai dan Evaluasi Media
 

Meski menyayangkan tayangan tersebut, Menag mengajak semua pihak untuk tetap mengedepankan etika dan introspeksi. Ia menekankan pentingnya penyiaran yang mendidik dan menghormati nilai-nilai luhur bangsa.
 

“Saya berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Mari kita saling memaafkan, tapi juga belajar agar media tidak lagi mengusik ruang-ruang suci pendidikan moral seperti pesantren,” ujarnya.
 

Menag juga mengingatkan bahwa media memiliki tanggung jawab besar dalam membangun peradaban, bukan sekadar mengejar sensasi. “Kebebasan berekspresi tidak boleh menjelma menjadi kebebasan melukai,” pungkasnya.rajamedia

Komentar: