Membaca Reshuffle Prabowo "Terkini"

RAJAMEDIA.CO - SAYA tidak tahu apakah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sempat melirik langit pagi itu. Tapi jawaban pendeknya setelah rapat di Istana, jelas menunjukkan satu hal: ia sadar badai reshuffle bisa datang kapan saja.
"Wah, itu haknya beliau (Presiden Prabowo). Tanya beliau ya,” katanya sambil tersenyum — atau mungkin menahan napas.
Jawaban seperti itu biasanya keluar dari dua jenis pejabat: yang merasa aman, atau yang tahu tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Saya juga tidak tahu apakah Hasan Nasbi — Kepala PCO (Kantor Komunikasi Kepresidenan) — diberi tugas khusus untuk menenangkan pasar politik. Tapi ucapannya hari itu cukup jernih:
“Presiden sudah wanti-wanti. Kalau tidak sesuai mandat, ya bisa saja dicopot.”
Kalimat itu seperti embusan angin di tengah kemarau panjang. Segar, tapi juga bikin resah. Apalagi buat para menteri yang lebih banyak tampil di media sosial ketimbang rapat kerja.

Dua Menteri di Titik Senyap
Ada dua nama yang kini lebih sering dibisikkan ketimbang disebut: Menteri Kesehatan dan Menteri Koperasi.
Pak Budi, yang teknokrat dari sektor keuangan itu, awalnya jadi bintang pandemi. Tapi zaman Prabowo bukan zaman pandemi. Ini zaman percepatan. Dan orang seperti Prabowo — yang tidak tahan melihat hal lambat — mungkin sedang gelisah melihat birokrasi yang jalan di tempat.
Sementara Menteri Koperasi, yang mestinya menjadi wajah ekonomi kerakyatan Prabowo, justru kehilangan gaung.
Di saat Prabowo bicara besar soal ekonomi desa, ketahanan pangan, dan UMKM, kementerian ini seperti tenggelam dalam kebijakan rutin. Tidak salah, tapi juga tidak menonjol.
Mungkin karena itu reshuffle jadi perbincangan hangat — meski belum tentu jadi kenyataan.
Politik Itu Tidak Pernah Sepi
Menurut saya: reshuffle itu seperti drama Korea. Kita tahu arahnya, tapi tetap menonton karena penasaran siapa yang akan jatuh cinta — atau dikhianati.
Prabowo tampaknya mulai menyusun timnya sendiri. Dalam politik, itu wajar. Kabinet ini masih warisan Jokowi. Beberapa menteri terlalu nyaman dengan zona lama, terlalu percaya sudah ikut membesarkan Prabowo di masa transisi.
Tapi Prabowo bukan tipe pemimpin yang bisa didikte. Dia tahu siapa yang bekerja, siapa yang hanya main branding.
Hasan Nasbi mengatakan: reshuffle bisa kapan saja. Tapi dia juga menyebut, semua yang beredar hanya spekulasi. Itu seperti mengatakan: tidak ada asap — tapi tolong siapkan pemadam.
Yang Tidak Nyaman Itu Justru Menarik
Dunia politik kita selalu punya banyak peran. Ada yang tampil kalem di luar, tapi di dalam, sibuk menawarkan nama. Ada yang kelihatan bekerja, tapi tidak disukai publik. Ada pula yang tidak populer, tapi justru dipercaya Presiden.
Saya tidak tahu siapa yang akan diganti. Tapi saya percaya satu hal: Prabowo bukan tipe yang suka kompromi jika sudah merasa perlu bergerak cepat.
Maka jika reshuffle benar terjadi, itu bukan soal suka atau tidak suka. Tapi soal siapa yang bisa menyesuaikan diri dengan kecepatan Prabowo.
Dan seperti kata Bung Karno dulu:
“Politik adalah menjalankan kehendak.”
Prabowo kini memegang kendali penuh.
Wallahu a'lam bishawab
Penulis: Pimred Raja Media | Waketum IKALUIN | Ketua Dewan Etik DPP PJS
Politik 6 hari yang lalu

Politik | 6 hari yang lalu
Nasional | 5 hari yang lalu
Info Haji | 4 hari yang lalu
Nasional | 3 hari yang lalu
Info Haji | 5 hari yang lalu
Opini | 5 hari yang lalu
Politik | 4 hari yang lalu
Politik | 1 hari yang lalu
Info Haji | 4 hari yang lalu