Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Kursi yang Goyang di Kabinet Merah Putih

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Selasa, 10 Juni 2025 | 04:00 WIB
Presiden RI Prabowo Subianto saat bersilaturahmi dengan Presiden RI ke-5 dan juga Ketum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri - Repro -
Presiden RI Prabowo Subianto saat bersilaturahmi dengan Presiden RI ke-5 dan juga Ketum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri - Repro -

RAJAMEDIA.CO - ADA kursi yang tampak kuat, padahal sudah retak. Ada pula yang terlihat reot, tapi justru tahan goyangan. Begitulah kursi menteri di era transisi Prabowo ini: yang tak terlihat belum tentu aman, yang sering tampil belum tentu dipertahankan.
 

Saya mendengar dari orang dalam — yang tidak terlalu dalam — bahwa Presiden Prabowo sudah mengantongi tiga nama yang akan diganti. Tapi dia masih menunggu. Bukan karena ragu, tapi karena Prabowo suka menghitung ulang. Dan dia tidak suka reshuffle jadi gosip murahan.
 

Yang jelas, beberapa kursi mulai kehilangan pijakan. Baca : Membaca Reshuffle Prabowo "Terkini"
 

Bukan Soal Salah, Tapi Tidak Nyambung
 

Presiden bukan sedang mencari kesalahan para menteri. Bukan juga sedang menghitung jumlah kunjungan kerja mereka. Yang dicari Prabowo adalah koneksi politik dan eksekusi cepat.

Menteri yang terlalu teknokrat, terlalu berhitung, atau terlalu rapi kadang justru sulit nyambung dengan gaya Prabowo yang intuitif, langsung, dan tidak suka basa-basi.
 

Beberapa menteri — yang dulunya diangkat karena kebutuhan transisi — kini menghadapi kenyataan: visi besar Prabowo tidak cukup hanya dengan laporan rutin dan angka PowerPoint.
 

Maka tidak heran bila kursi Menteri Kesehatan jadi sorotan. Juga Menteri Koperasi. Bahkan beberapa nama dari kalangan profesional disebut masuk radar evaluasi. Bukan karena mereka tidak baik — tapi karena mereka tidak cukup pas.
 

Loyalitas Tanpa Suara
 

Prabowo tidak butuh orang yang pintar saja. Dia juga butuh orang yang siap mengambil peluru politik bersamanya. Termasuk saat mengambil keputusan yang tidak populer.
 

Di sinilah loyalitas diuji. Bukan hanya loyal dalam arti setia, tapi loyal dalam arti berani bicara apa yang tidak ingin didengar — lalu tetap siap ditegur.
 

Beberapa menteri terlalu diam. Mereka tidak membuat masalah, tapi juga tidak menyelesaikan masalah. Dalam kabinet Prabowo, itu lebih berbahaya ketimbang menteri yang kadang bikin kontroversi tapi membawa hasil.
 

Menunggu Pagi yang Tak Diumumkan
 

Hasan Nasbi, Kepala PCO, sudah menyiapkan kata-kata: “Presiden berhak mengganti menterinya kapan saja.” Tapi ia juga memberi ruang tafsir: bisa jadi, bisa juga tidak.
 

Saya jadi ingat, Jokowi dulu pernah reshuffle diam-diam. Tiba-tiba saja pagi-pagi nama baru muncul. Tapi Prabowo tampaknya lebih memilih momentum. Mungkin bukan pagi hari. Mungkin usai rapat kabinet. Atau justru di saat menteri-menterinya sedang merasa paling aman.
 

Karena reshuffle adalah kejutan. Dan kejutan adalah cara Prabowo menjaga kendali.
 

Catatan Akhir:

 

Saya tidak sedang menebak siapa yang akan diganti. Tapi kalau saya jadi menteri di kabinet ini, saya tidak akan tidur terlalu nyenyak dalam minggu-minggu ke depan.
 

Bukan karena takut diganti. Tapi karena saya tahu: Presiden sedang memperhatikan — dan beliau tidak suka menunggu terlalu lama.
 

Penulis: Pimred Raja Media I Wabendum IKALUIN Jakarta I Ketua Dewan Etik DPP PJS*rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA