Jenderal Polisi Jadi Guru Besar Muhammadiyah ke-241, Ini Empat Pesan Haedar Nashir
RAJAMEDIA.CO - Pendidikan - Irjen Polisi Dadang Hartanto SIK M.Si resmi menyandang guru besar (profesor) bidang Ilmu Administrasi Publik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Sabtu (27/5).
Pengukuhan dihadiri oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir dan Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo serta berbagai tokoh nasional.
Lewat sidang senat terbuka yang pengukuhan Dadang Hartanto dipimpin oleh Rektor UMSU Prof. Dr. Agussani MAP. Dadang pun remi menjadikan dirinya sebagai guru besar ke-12 UMSU sekaligus guru besar ke-241 Muhammadiyah.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan tahniah atas capaian Prof. Dadang Hartanto yang diperoleh lewat proses pendidikan yang tertib dan seksama.
"Betul-betul lewat perjuangan dan tidak instan. Ini yang paling penting,” ujar Haedar Nashir mengutip laman muhammadiyah.or.id.
Menurut Haedar, menjadi guru besar berarti harus menaikkan tingkat menjadi kaum intelegensia dengan empat tanggung jawab kebangsaannya.
Pertama, adalah peran moral. Bagaimana peran akademik dapat terus menjadi kekuatan yang membangun karakter, integritas, moralitas, dan etika warga bangsa serta para elitnya di negeri ini.
Guru besar kata Haedar harus mampu mengolah tiga modal nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk teraktualisasi menjadi keadaban publik.
Tiga hal itu adalah nilai Pancasila sebagai dasar negara, nilai agama yang telah hidup di tubuh bangsa selama berabad-abad, dan nilai kebudayaan luhur yang hidup di setiap daerah dan berakumulasi menjadi kebudayaan nasional.
"Potensi nilai luhur itu harus terus didorong, dikapitalisasi dan diciptakan eksosistemnya. Nah peran kaum akademik adalah terus mentransfer nilai-nilai moralitas itu agar jadi moralitas publik. Menanamkan kepercayaan, amanah, etika, dan segala (standar) baik-buruk, benar-salah, pantas-tidak pantas,” ujarnya.
Kedua, peran guru besar disebut Haedar memiliki tugas mencerdaskan kehidupan bangsa. Tanggung jawab ini kata dia perlu dipacu mengingat daya saing manusia Indonesia masih terpuruk di posisi enam di tingkat Asia Tenggara.
"Ini memerlukan usaha optimalisasi dan akselerasi dari seluruh lembaga pandidikan kita. Kampus harus jadi pusat untuk terus mentransfer nilai-nilai pencerdasan. Banyak anak-anak bangsa kita yang potensial, tapi perlu ekosistem dan sistem untuk menjadi sesuai cita-cita para pendiri bangsa, yaitu anak yang cerdas, mampu mencerdaskan kehidupan bangsanya,” ujar Haedar.
Ketiga, tanggungjawab guru besar adalah dalam peran sosial. Di masa disrupsi seperti saat ini, guru besar harus menjadi teladan yang kokoh dan objektif dalam menjaga serta membimbing masyarakat untuk menghidupkan nilai-nilai baik-buruk, benar-salah, dan pantas-tidak pantas sebagaimana adanya.
“Kita juga harus terus dengan kesabaran, kesungguhan untuk mengajak, melatih dan memberi teladan lewat proses pencerdasan akal budi dan warga bangsa. Saya yakin gerakan ini harus jadi tanggungjawab kolektif kita termasuk bagi ormas-ormas keagamaan,” tuturnya.
Keempat, guru besar harus berperan dalam upaya mentransformasi kehidupan kebangsaan. Potensi yang dimiliki baik dari segi SDA maupun SDM kata Haedar harus menjadi perhatian para guru besar untuk mentransformasikannya secara akseleratif dan progresif.
"Maka dunia pendidikan perlu terkoneksi dengan seluruh institusi negara dan komponen bangsa untuk jadi pilar strategis memajukan Indonesia yang dalam diksi Muhammadiyah itu satu paket, Memajukan Indonesia Dan Mencerahkan Semesta,” jelasnya.
Pengukuhan Prof. Dadang Hartanto juga ditandai dengan orasi dengan judul ”Good Governance Berbasis Learning Organization di Era Vuca“. Setelah itu dilakukan penyematan lencana guru besar UMSU oleh Rektor.
Info Haji 4 hari yang lalu
Politik | 6 hari yang lalu
Parlemen | 6 hari yang lalu
Hukum | 3 hari yang lalu
Nasional | 6 hari yang lalu
Nasional | 5 hari yang lalu
Opini | 3 hari yang lalu
Politik | 6 hari yang lalu
Opini | 5 hari yang lalu
Opini | 4 hari yang lalu