Diplomasi Investasi dan Seribu Teman
RAJAMEDIA.CO - Ada satu kalimat yang dulu sering diulang oleh Prabowo Subianto — bahkan sejak ia masih Menteri Pertahanan:
“Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak.”
Kini, kalimat itu bukan sekadar ungkapan diplomatik. Ia menjelma menjadi fondasi kebijakan ekonomi luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinannya sebagai Presiden.
Satu tahun berjalan, arah diplomasi ekonomi Prabowo terasa nyata. Bukan lagi sebatas foto-foto di forum global, tapi dalam bentuk perjanjian investasi lintas kawasan yang konkret dan terukur.
Dari Diplomasi ke Aksi Investasi
Pemerintahan Prabowo–Gibran tampaknya sadar betul bahwa politik global kini bukan lagi soal ideologi, tapi tentang energi, pangan, dan investasi.
Diplomasi bukan lagi bicara siapa kawan atau lawan, tapi siapa yang mau menanam modal dan berbagi teknologi.
Dalam satu tahun, peta investasi Indonesia bergerak cepat.
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM — lembaga yang kini memegang peran strategis sebagai jembatan utama diplomasi ekonomi — meneken sedikitnya empat perjanjian investasi internasional baru:
_1761267359.jpg)
1. Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), membuka jalan ekspor produk hijau dan industri berkelanjutan ke Eropa.
2. Indonesia–Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA), memperluas akses pembiayaan sektor energi dan infrastruktur ramah lingkungan.
3. Bilateral Investment Treaty (BIT) Indonesia–Kazakhstan, memperkuat kerja sama di sektor pertambangan dan transportasi lintas Eurasia.
4. BIT Indonesia–Timor-Leste, menjadikan kawasan perbatasan selatan sebagai poros ekonomi baru berbasis logistik dan perikanan.
Langkah-langkah ini bukan kebetulan. Ini strategi seribu teman dalam bentuk paling nyata: memperluas lingkar kerja sama tanpa memutus hubungan dengan siapa pun.
Tidak lagi eksklusif ke satu blok. Tidak lagi tergantung pada satu poros.
Pergeseran dari "Buyer" ke "Partner"
BKPM kini tidak lagi berfungsi hanya sebagai lembaga penerima laporan investasi, tapi berubah menjadi arsitek hubungan ekonomi luar negeri.
Diplomasi ekonomi dijalankan dengan prinsip simbiosis — equal partnership.
Indonesia tidak lagi diperlakukan sebagai pasar, tapi sebagai mitra pertumbuhan.
Pendekatan ini mulai menunjukkan hasil.
Data BKPM per kuartal III 2025 mencatat realisasi investasi sebesar Rp 1.412 triliun, tumbuh 18 persen dibanding tahun sebelumnya.
Lebih menarik lagi, investasi asing langsung (FDI) naik signifikan ke sektor energi hijau, logam dasar, dan teknologi pangan.
Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Kanada, dan Uni Emirat Arab kini menempatkan Indonesia sebagai hub strategis di Asia Tenggara — bukan hanya karena sumber daya, tapi juga karena stabilitas politik dan kepemimpinan yang jelas.

Seribu Teman di Meja Dunia
Prabowo sendiri terlihat menikmati perannya sebagai salesman diplomasi ekonomi.
Kunjungan ke Beijing, Tokyo, Washington, Riyadh, dan Paris dalam waktu satu tahun menjadi bukti bahwa arah hubungan luar negeri kini lebih cair.
Ia berbicara dengan bahasa yang sama kepada semua: “Mari berinvestasi di Indonesia.”
Kalimat sederhana, tapi menggugah kepercayaan.
Dan di balik kalimat itu, ada filosofi besar:
bahwa dunia kini sedang berubah — dan hanya negara dengan seribu teman yang bisa bertahan di tengah badai ekonomi global.
Jalan Menuju Mandiri
Diplomasi investasi ini juga bagian dari strategi besar hilirisasi nasional.
Dari nikel ke baterai, dari sawit ke biofuel, dari gas ke petrokimia — semuanya diarahkan agar Indonesia tidak lagi menjual bahan mentah.
BKPM kini berfungsi sebagai “penjaga pintu kualitas investasi.”
Setiap perjanjian investasi internasional di bawah Prabowo diarahkan bukan sekadar untuk menarik uang, tapi untuk mentransfer pengetahuan, memperkuat industri, dan menciptakan lapangan kerja.
Refleksi Seribu Teman
Seribu teman memang terlalu sedikit. Karena di dunia yang semakin bergejolak, setiap negara berlomba mencari teman baru — bukan musuh.
Dan Prabowo tampaknya mengerti itu lebih awal daripada banyak pemimpin lain.
Ia membangun diplomasi investasi dengan cara yang sederhana: membuka tangan, tanpa kehilangan kedaulatan.
Diplomasi yang hangat, tapi terukur.
Diplomasi yang menguntungkan, tapi tetap berakar pada kepentingan rakyat.
Indonesia kini tidak hanya dikenal sebagai negara demokrasi besar, tetapi juga pemain utama dalam rantai nilai global.
Dan semua itu berawal dari satu prinsip sederhana:
“Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak.”
Penulis: Penanggung jawab Raja Media Network. Wabendum IKALUIN Jakarta, Ketua DPP Pro Journalismedia Siber*![]()
Nasional 5 hari yang lalu
Daerah | 5 hari yang lalu
Nasional | 5 hari yang lalu
Parlemen | 6 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Hukum | 5 hari yang lalu
Dunia | 3 hari yang lalu
Nasional | 5 hari yang lalu
Peristiwa | 3 hari yang lalu
Nasional | 3 hari yang lalu