Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Bamsoet: Hari Lahir Pancasila Bukan Seremoni, Tapi Momentum Perang Nilai di Dunia Digital!

Laporan: Firman
Minggu, 01 Juni 2025 | 22:32 WIB
Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo - Humas DPR -
Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo - Humas DPR -

RAJAMEDIA.CO - Jakarta, Parlemen – Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo menegaskan bahwa peringatan Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni jangan hanya dijadikan ajang upacara dan pidato kosong. 
 

Peringatan ini, kata Bamsoet, harus jadi refleksi bersama tentang peran setiap individu menjaga persatuan, terutama di ruang digital yang kian gaduh.
 

“Perayaan Hari Lahir Pancasila tidak boleh hanya seremoni belaka. Ini momentum menguatkan lagi peran kita semua sebagai penjaga persatuan bangsa. Sekarang medan perjuangan itu di dunia digital, bukan cuma di jalanan,” kata Bamsoet dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (1/6/2025).
 

Mantan Ketua MPR RI ini menegaskan bahwa semangat Pancasila harus hidup dalam algoritma kehidupan sehari-hari. Meskipun berbeda agama, suku, pilihan politik, dan gaya hidup, semua tetap satu: Indonesia.
 

“Kita tetap satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa: Indonesia,” ujarnya menegaskan.
 

Perang Digital: Ujian Baru Kebangsaan
 

Bamsoet menggarisbawahi bahwa tantangan zaman kini adalah perang algoritma, disinformasi, dan perpecahan di media sosial. Fenomena echo chamber, ujar dia, menciptakan ruang-ruang sempit yang hanya memperkuat satu sisi informasi dan menyulut kebencian tanpa ujung.
 

“Sila ketiga, Persatuan Indonesia, kini diuji keras di dunia maya. Kalau ruang digital terus jadi medan perpecahan, maka Pancasila kehilangan maknanya,” tegas politisi senior Golkar itu.
 

Ia juga mengingatkan bahwa disinformasi dari luar negeri bisa menjadi senjata untuk mengganggu stabilitas nasional. Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia adalah sasaran empuk dalam perang opini digital global.
 

“Identitas digital kita adalah bagian dari identitas kebangsaan. Menjaga Pancasila juga berarti menjaga ruang digital dari racun perpecahan,” lanjutnya.
 

Bukan Lagi Soal Bendera, Tapi Etika Bermedia
 

Bamsoet menyerukan bahwa nasionalisme era digital bukan soal mengangkat bendera, tapi mengangkat etika dalam unggahan dan komentar. Ia mendorong generasi muda menjadi agen literasi dan pemersatu ruang maya.
 

“Dalam setiap komentar, kita harus tanya diri sendiri: apakah ini menyatukan, atau justru memecah?” ujarnya.
 

Bamsoet juga menilai pengajaran Pancasila harus dilakukan dengan cara kreatif—melalui vlog, film pendek, hingga konten berbahasa daerah. Sejumlah komunitas daerah, sebutnya, sudah mulai bergerak dengan kampanye edukatif lokal bernapas kebangsaan.
 

“Inilah bentuk hidup dari Bhinneka Tunggal Ika di dunia maya. Bukan hafalan, tapi tindakan nyata,” tutupnya.rajamedia

Komentar: