Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Membaca Masa Depan Provinsi Banten

Oleh: Dr. Tantan Hermansah
Selasa, 02 Juli 2024 | 13:53 WIB
Ilustrasi Provinsi Banten. (Foto: Repro)
Ilustrasi Provinsi Banten. (Foto: Repro)

RAJAMEDIA.CO - Opini, Banten - Dalam beberapa bulan terakhir, kita dapat menyaksikan provinsi Banten dipenuhi oleh spanduk dan baliho kandidat yang bersaing dalam kontestasi untuk menjadi pemimpin local—baik di tingkat Kabupaten-Kota maupun Provinsi. 

 

Fenomena ini menunjukkan dinamika politik yang intens di wilayah ini, mengingat status Banten yang selama ini selalu berinteraksi aktif dengan ibu kota negara, Jakarta. Artikel ini akan mencoba melihat masa depan Banten dari perspektif yang berbeda, mengingat Jakarta sejak tahun ini tidak lagi berstatus sebagai ibu kota Republik Indonesia.

 

Pentingnya Perspektif Kota untuk Banten

 

Banten adalah provinsi yang telah lama menjalin hubungan erat dengan Jakarta. Relasi antar wilayah ini begitu mendalam. Di mana hubungannya itu bukan hanya hubungan struktural, tetapi juga kultur dan demografis. Sementara di sisi lain, meski Jakarta kini telah kehilangan status sebagai ibu kota negara, sampai saat ini, kota Jakarta tetap menjadi pusat ekonomi utama di Indonesia. 

 

Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: bagaimana posisi dinamis antara Banten dan Jakarta saat ini? Perubahan status Jakarta tentu akan berpengaruh pada dinamika di Provinsi Banten. 

 

Selama ini, banyak aparatur negara yang berkantor di Jakarta memilih untuk bermukim di Banten karena jaraknya yang dekat. Jika para Aparatur Sipil Negara (ASN) ini tidak lagi bekerja di Jakarta, tetapi sebagian pindah ke ibu kota yang baru, maka ekonomi Banten sangat mungkin akan terkontraksi.

 

Pemahaman Para Pemangku Kepentingan

 

Pertanyaan lain yang kemudian muncul adalah apakah para pemangku kepentingan di Banten sudah mempertimbangkan aspek ini? Apakah para calon walikota, bupati, dan gubernur di wilayah Banten sudah menyadari bahwa beragam investasi dan perputaran ekonomi di provinsi ini banyak dipengaruhi oleh keberadaannya yang berdekatan dengan DKI Jakarta?

 

Jika kita menganalisis pandangan ini berdasarkan berbagai statement kampanye para calon pemimpin lokal yang tertulis dalam spanduk, baliho, atau dinyatakan dalam video di media sosial, ternyata pemahaman mereka tentang posisi strategis Banten tidak terlihat jelas. Beberapa pernyataan yang disampaikan lebih banyak bersifat normatif dan tidak operasional. 

 

Tidak ada, atau belum ada, satu pun calon yang menyampaikan rencana untuk menjadikan Banten lebih mandiri dari sekarang atau kuat dan tidak tergantung lagi pada Jakarta. Padahal, hal ini sangat penting karena tantangan yang dihadapi para pemimpin Banten di masa depan akan jauh lebih berat daripada sekarang.

 

SWOT Masa Depan Banten

 

Jika kita menggunakan analisis SWOT, gambaran masa depan Provinsi Banten ini adalah: Pertama, pada aspek Strengths (Kekuatan), teradapat potensi sumber daya alam yang melimpah, lokasi strategis, dan infrastruktur dasar yang cukup memadai.

 

Kedua, pada aspek Weaknesses (Kelemahan), ketergantungan pada Jakarta, kurangnya inovasi dalam pengembangan ekonomi lokal, dan kualitas sumber daya manusia selama ini, sehingga merupakan fokus yang perlu ditingkatkan. 

 

Ketiga, pada aspek Opportunities (Peluang), terdapat ruang untuk pengembangan pariwisata lokal, sektor industri kreatif, dan agribisnis yang berkelanjutan.

 

Keempat, pada aspek Threats (Ancaman), terjadinya perubahan kebijakan pemerintah pusat yang tidak menguntungkan, termasuk adanya persaingan dengan provinsi lain, dan dampak lingkungan dari pembangunan yang tidak terkendali.

Tantangan Masa Depan Banten

 

Selain persoalan eksistensial dan geopolitik, sumber daya potensial yang tidak lagi berada di Banten akan cukup mengganggu perekonomian provinsi ini. Tantangan lainnya adalah bagaimana Banten bisa membangun sistem ekonomi yang mandiri berbasis sumber daya lokal. 

 

Kemudian penguatan ekonomi mandiri berbasis sumber daya lokal berarti setiap pihak di Provinsi Banten harus menyadari besarnya ekonomi inti yang selama ini menopang provinsi ini. Kesadaran ini akan menghasilkan strategi dasar untuk pengambilan keputusan maupun pembuatan kebijakan lainnya.

 

Langkah Berikutnya

 

Untuk menghadapi perubahan sosial-struktural beberapa hal bisa dilakukan, antara lain: 

 

  1. 1. Pengembangan Ekonomi Mandiri Berbasis Sumber Daya Lokal.  Di mana setiap pihak di Provinsi Banten harus menyadari besarnya potensi ekonomi lokal yang ada. Hal ini mencakup pengembangan sektor pertanian, perikanan, industri kreatif, dan pariwisata yang berkelanjutan.
  2.  
  3. 2. Penguatan Infrastruktur. Dalam hal ini pemerintah daerah harus fokus pada pembangunan infrastruktur yang mendukung ekonomi lokal, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan fasilitas umum lainnya.
  4.  
  5. 3. Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Pelatihan. Agenda pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan dan pelatihan vokasional yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja lokal harus dibuat secara sistematis dan terarah.
  6.  
  7. 4. Promosi Investasi Lokal. Selain itu perlu dipertimbangkan untuk mengundang investor lokal dan internasional untuk berinvestasi di sektor-sektor strategis yang memiliki potensi besar di Banten.
  8.  
  9. 5. Kolaborasi Antar Daerah: Membangun kerjasama dengan provinsi lain di Indonesia untuk menciptakan sinergi dalam pembangunan ekonomi regional.
  10.  

Penutup

 

Masa depan Banten setelah tidak bersebelahan dengan ibu kota Republik Indonesia menuntut para pemimpin lokal untuk lebih inovatif dan strategis dalam mengembangkan provinsi ini. Tantangan yang dihadapi tidaklah ringan, namun dengan kesadaran, perencanaan yang matang, dan kolaborasi yang baik, Banten dapat menjadi provinsi yang mandiri dan kuat. Dukungan dari masyarakat dan semua pemangku kepentingan sangat diperlukan untuk mewujudkan visi ini.

 

Penulis: Pengajar Sosiologi Perkotaan, Pengurus IKALUIN Jakarta; Ketua Prodi S2 KPI"rajamedia

Komentar: