Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Iran Menggila! Operasi Militer Terus Dilanjutkan Sampai Israel Menyesal!

Laporan: Tim Redaksi
Sabtu, 14 Juni 2025 | 21:29 WIB
Tangkapan layar Tel Aviv terbakar akibat serangan rudal Iran - Repro -
Tangkapan layar Tel Aviv terbakar akibat serangan rudal Iran - Repro -

RAJAMEDIA.CO - Ankara – Iran menyatakan tidak akan menghentikan serangan militernya ke Israel, kecuali rezim Zionis "merasa menyesal". Hal itu disampaikan langsung oleh Brigadir Jenderal Abolfazl Shekarchi, juru bicara Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran, dalam siaran televisi pemerintah, Sabtu (14/6/2025).
 

"Kami akan melanjutkan operasi kami hingga rezim Zionis kriminal merasa menyesal,” tegas Shekarchi dengan nada keras.
 

Pernyataan Shekarchi muncul setelah Israel lebih dulu melancarkan serangan udara ke sejumlah fasilitas nuklir dan militer Iran. 

 

Serangan brutal yang terjadi Jumat dini hari itu menewaskan lebih dari 104 warga Iran, termasuk komandan Garda Revolusi (IRGC), sembilan ilmuwan nuklir, dan ratusan korban luka.
 

Sebagai respons, Iran langsung meluncurkan rudal balistik ke wilayah-wilayah strategis Israel. Serangan balasan ini menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 170 warga Israel.
 

Israel Gertak Bakar Teheran
 

Situasi makin panas. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, tak tinggal diam. Ia menyebut pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, sebagai aktor utama kekacauan ini.
 

“Jika Khamenei terus menembakkan rudal ke wilayah Israel, Teheran akan dibakar,” ancam Katz dingin.
 

Ia menyebut Iran telah menyandera rakyatnya sendiri dalam konflik berdarah ini, dan siap menjadikan ibu kota Iran sebagai “harga mahal” atas setiap nyawa warga Israel yang melayang.
 

Langkah Besar Menuju Perang Terbuka?
 

Eskalasi ini memunculkan kekhawatiran akan pecahnya perang terbuka antara dua kekuatan besar di Timur Tengah, dengan dampak global yang tak terelakkan. Apalagi kedua negara kini sudah saling menyentuh infrastruktur vital dan simbol-simbol strategis nasional.
 

Sejumlah analis militer menyebut ini sebagai momen paling genting sejak Perang Yom Kippur, bahkan berpotensi melibatkan kekuatan dunia seperti AS, Rusia, hingga Tiongkok.

 

Dunia menahan napas. Apakah ini awal dari konflik regional yang meledak menjadi krisis global?
 

Sumber: Anadolu rajamedia

Komentar: