Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Diplomasi Baru Dunia! Transisi Energi, Jalan Baru Indonesia Menuju Kekuatan Global

Laporan: Tim Redaksi
Kamis, 26 Juni 2025 | 14:51 WIB
Sesi III Jakarta Geopolitical Forum (JGF) IX/2025 yang digelar Lemhannas RI,  di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/6/2025). - Tangkapan Layar -
Sesi III Jakarta Geopolitical Forum (JGF) IX/2025 yang digelar Lemhannas RI, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/6/2025). - Tangkapan Layar -

RAJAMEDIA.CO - Jakarta, JGF – Dunia sedang menata ulang peta kekuasaan baru: bukan lagi soal rudal dan tambang minyak, tapi tentang siapa yang memegang kendali energi terbarukan. 
 

Di tengah krisis iklim, perang sumber daya, dan tekanan geopolitik, muncul satu babak baru yang dibuka dalam Sesi III Jakarta Geopolitical Forum (JGF) IX/2025 yang digelar Lemhannas RI, Rabu (25/6/2025) di Hotel Borobudur, Jakarta.
 

Di forum ini, para pakar, ekonom, dan pelaku industri kompak menyuarakan satu hal: transisi energi bukan sekadar urusan teknis, tapi senjata strategis dalam perang pengaruh global. Dan Indonesia — bersama ASEAN — tidak boleh lagi jadi “anak magang” dalam percaturan besar itu.
 

“G7 adalah kekuatan masa lalu. China adalah kekuatan hari ini. ASEAN adalah kekuatan masa depan!” tegas Dr. Lili Yan Ing, Penasihat Ekonomi ERIA yang tampil penuh semangat di sesi diskusi.

Energi Terbarukan: Bukan Cuma Panel Surya, tapi Kuasa Politik
 

Transisi energi kini menjadi arena diplomasi ekonomi global. Siapa yang memimpin rantai pasok energi bersih akan mengatur irama dunia. Dari nikel, baterai, panel surya, hingga kebijakan hijau, semuanya kini bukan hanya soal inovasi — tapi juga pengaruh dan kekuasaan.
 

“Ini bukan soal turbin atau solar cell. Ini adalah politik. Ini adalah diplomasi energi,” ujar Prof. Eko Supriyanto dari Universiti Teknologi Malaysia.
 

Ia memetakan tiga jalan utama Indonesia:

 

1. Net Zero Emission 2045, target ambisius yang perlu akselerasi nyata
 

2. Hilirisasi dan industrialisasi sumber daya kritikal, terutama nikel dan baterai
 

3. Diversifikasi pasar dan kemitraan global, termasuk dengan negara-negara BRICS dan G7

Empat Tanda Krisis Iklim: Alam Sudah Berteriak
 

Prof. Ari Kuncoro, ekonom Universitas Indonesia, menyoroti empat indikator darurat yang kini tak bisa lagi diabaikan:

 

1. Peningkatan gas rumah kaca

 

2. Kenaikan air laut

 

3. Pemanasan suhu laut

 

4. ingginya tingkat pengasaman laut
 

“Transisi energi ini tidak bisa ditunda, tapi faktanya masih bergantung pada energi fosil. Inilah ironi besar kita,” kata Ari sambil menyebut pentingnya jaringan riset energi ASEAN agar tak selalu tergantung pada inovasi negara besar.
 

Industri Harus Bergerak: ESG Bukan Pajangan
 

Vinícius Mendes Ferreira, Executive Advisor PT Vale Indonesia, bicara lugas soal peran industri. Menurutnya, perusahaan tak bisa lagi sekadar menyesuaikan. Mereka harus berada di garis depan.
 

“Industri jangan cuma tunduk pada aturan ESG, tapi aktif membentuk standar keberlanjutan yang adil dan inklusif. Implementasi itu berat, tapi jangan tunggu semua sempurna dulu,” ujarnya.
 

Vinícius menyoroti pentingnya kerja sama Timur-Barat dan mendesak perluasan aliansi global dalam sektor energi hijau.

Gubernur Lemhannas: Energi Adalah Arah Baru Pertahanan Nasional
 

Gubernur Lemhannas RI, Dr. TB Ace Hasan Syadzily, yang membuka forum ini menyampaikan, transisi energi adalah tantangan geostrategis yang menyangkut keamanan nasional, keseimbangan ekonomi, hingga ketahanan sosial.
 

“Indonesia harus memosisikan diri sebagai pemain utama, bukan sekadar pasar. Kita punya sumber daya, kita punya posisi strategis. Sekarang tinggal sinkronisasi kebijakan dan keberanian nasional,” tegas TB Ace.
 

Transisi atau Tertinggal?
 

Forum ini menandai bahwa Indonesia dan ASEAN tak boleh lagi pasif. Transisi energi bukan pilihan, melainkan keharusan jika Indonesia ingin berdiri sejajar dengan kekuatan dunia. Dari ruang forum ini, disuarakan pesan jelas: jika tidak bergerak sekarang, kita hanya akan jadi ladang baru perebutan pengaruh asing.rajamedia

Komentar: