Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Ramadan dan Kejujuran Hati

Seri - 2

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Sabtu, 01 Maret 2025 | 04:03 WIB
Foto Ilustrasi -
Foto Ilustrasi -

RAJAMEDIA.CO - SUDAH Ramadan lagi. Masjid penuh. Yang biasanya tidak pernah ke masjid, kini berada di saf depan. Yang jarang membaca Quran, tiba-tiba khatam dalam sebulan. Yang biasanya pelit, kini jadi dermawan.


Tapi, ini pertanyaannya: benarkah semua ini karena Allah? Atau hanya karena ikut-ikutan?


Ibadah Itu Soal Niat


Saya teringat satu hadis: “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari & Muslim).


Artinya, sehebat apa pun ibadah kita, kalau niatnya melenceng, pahalanya bisa nol besar.


Puasa dari Subuh sampai Maghrib, tapi kalau niatnya cuma ingin langsing, apa bedanya dengan diet?


Tarawih rajin setiap malam, tapi kalau tujuannya supaya dianggap saleh, apa gunanya?


Sedekah besar-besaran, tapi sambil difoto dan diunggah ke media sosial, benarkah itu ibadah?


Saya jadi ingat seorang teman. Ramadan tahun lalu, dia rutin membagikan makanan gratis di pinggir jalan. Setiap hari. Tapi setiap kali berbagi, selalu ada kamera yang merekam. Lalu diunggah di Instagram.


"Tidak masalah kan?" katanya suatu hari. "Siapa tahu bisa menginspirasi orang lain."


Saya tersenyum. Benar, bisa menginspirasi. Tapi juga bisa merusak niat.


Ikhlas Itu Berat, Tapi Harus


Keikhlasan itu tidak mudah. Karena manusia punya ego. Ingin dilihat, ingin diakui, ingin dipuji.


Padahal, orang yang benar-benar ikhlas tidak peduli ada kamera atau tidak. Tidak peduli dipuji atau tidak. Mereka beribadah karena cinta kepada Allah, bukan karena ingin terlihat baik di mata manusia.


Saya jadi ingat cerita lama. Ada seorang ulama besar, Imam Sufyan Ats-Tsauri. Ia pernah berkata:


"Aku tidak pernah berjuang lebih keras dalam hidup ini, selain melawan niatku sendiri."


Seorang ulama besar pun masih harus berjuang untuk ikhlas. Apalagi kita?


Ramadan, Saatnya Jujur pada Diri Sendiri


Mari kita tanyakan pada diri sendiri:

 

Apakah ibadah kita benar-benar karena Allah?

Atau karena lingkungan? Atau karena takut dicap malas?

Ketika tidak ada yang melihat, apakah kita tetap semangat beribadah?

Ketika tidak ada yang memuji, apakah kita tetap bersedekah?

Ketika tidak ada yang menilai, apakah kita tetap menjaga shalat?

 

Kalau jawabannya iya, berarti kita sudah mulai ikhlas.

 

Kalau jawabannya tidak, Ramadan ini adalah kesempatan untuk memperbaiki niat.

 

Karena tanpa niat yang benar dan keikhlasan yang tulus, ibadah kita hanya sekadar formalitas. Hanya rutinitas.

 

Dan sayang sekali kalau Ramadan berlalu, tapi hati kita masih sama seperti sebelumnya.rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
Ilustrasi ngakali rakyat - Repro -
Ngakali Rakyat, Lagi dan Lagi
Jumat, 28 Februari 2025
Ilustrasi ramdahan - Foto: istockphoto -
Bersihkan Hati, Nikmati Ramadhan
Jumat, 28 Februari 2025
Arisan Keluarga Muda (ARDA) UIN Jakarta saat menjelajah Curug Bidadari di Bojong Koneng, Sentul, Bogor. [Foto: Dokumentasi Pribadi/RMN]
ARDA Menaklukkan Curug Bidadari
Senin, 17 Februari 2025
HPN Kembar - Ilustrasi -
HPN Kembar
Minggu, 09 Februari 2025