Pengembangan Minat Bakat dan Penguatan Nilai Karakter
RAJAMEDIA.CO - Opini Pendidikan - SETIAP anak yang terlahir ke dunia dalam keadaan fithrah. Ada banyak makna yang dapat dipetik dari kata “fithrah”, antara lain suci, naluri beragama untuk mengenal Rabbnya, insting, juga berarti bakat dan kecerdasan yang berpangkal pada kemampuan kognitif, konasi, emosi.
Semua konsep tersebut dipahami sebagai potensi dasar yang diberikan Tuhan kepada ummat manusia. Potensi tersebut akan berkembang sesuai daya dukung di sekitarnya, lingkungan dan pendidikan berperan penting dalam merubah semua potensi dasar tersebut.
Pada umumnya, bakat (aptitude) berarti kemampuan bawaan, potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud dan terelisasikan dengan kehidupan nyata, keberadaannya dapat menjadi keistimewaan dan pembeda bagi seseorang.
Sementara minat dipahami sebagai ketertarikan atau rasa pada sesuatu, tanpa ada yang menyuruh. Minat sangat ditentukan oleh dorongan pribadi (internal), dan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Penyaluran minat oleh seorang individu dapat diasah dan dikembangkan menjadi suatu kemampuan yang dapat menjadi nilai tersendiri. Seorang individu yang mempunyai keterampilan atau minat bakat tertentu biasanya akan terlatih dan menjadi pribadi yang lebih produktif yang tentunya bermanfaat bagi masa depan mereka.
Penyaluran minat bakat seorang anak dapat dilakukan melalui berbagai jalur kegiatan. Keberadaanya menjadi bagi penting dari tujuan pendidikan, terutama pada aspek penguatan nilai karakter dan penyiapan generasi emas dengan keunggulan global abad 21.
Hal ini sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor: 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, ada lima nilai utama karakter yang dikembangkan melalui PPK, yakni religius, nasionalisme, integritas, kemandirian dan gotongroyong.
Penguatan nilai karakter tersebut harus dilakukan secara kolaborartif antara pihak sekolah, orangtua, dan lingkungan. Program yang dikembangkan sekolah/madrasah dilakukan secara terpadu melalui program intrakurikuler yang sudah baku dalam kegiatan pembelajaran melalui struktur kurikulum yang ditetapkan.
Kokurikuler, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman, dan/atau pengayaan mata pelajaran yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler di kelas, kegiatan ini dapat berupa habitual kurikulum, pembiasaan beriabadah, dan kegiatan lain yang bisa memperkuat pembelajaran yang telah dilakukan.
Ekstrakurikuler dipahami sebagai kegiatan yang dilakukan di luar jam wajib pelajaran siswa, sebagai wadah penajaman wawasan keilmuan, penguatan skill keahlian, seta pengambangan minat dan bakat.
Kreatifitas Program dan Penguatan Karakter Siswa
Transformasi kebijakan pendidikan dan perbincangan kurikulum akan terus mengarah pada penguatan nilai karakter sebagai wujud utama dari aktifitas pendidikan. Adanya kebijakan kurikulum merdeka merupakan langkah strategis dalam mendukung penyiapan subyek pembelajar menghadapi kemajuan abad 21.
Minimal ada enam kemampuan dasar yang dituntut subyek pembelajar saat ini, yakni berkarakter, berfikir kritis dan menyelesaikan masalah (critical thinking and problem solving), kreatifitas (creativity), komunikasi yang baik (communication), memiliki jaringan/networking yang luas (collaboration), serta menjadi warga negara global (global citizenship).
Kemampuan dasar yang berkaitan langsung dengan penyiapan pribadi memiliki jangakauan informasi pengetahuan yang luas, penguasaan teknologi informasi (literasi digital), serta pribadi berkeadaban dan memiliki jaringan komunikasi secara luas. Oleh karena itu, kebijakan kurikulum merdeka berfokus pada pencapaian kompetensi secara bertahap dan berjenjang (fase), pilihan materi esensial, serta memadukan dengan kegiatan yang berbasis project penguatan profil pelajar Pancasila.
Penguatan kemampuan dasar yang menjadi tagihan kemajuan zaman perlu direspon dengan pilihan program yang bermutu dan memiliki kejelasan luaran pembelajaran (learning outcome) yang terukur.
Atas dasar pertimbangan tuntutan kemampuan tersebut, ijtihad dalam memilih kegiatan habitual curriculum, kokurikuler, ekstrakurikuler, bentuk kegiatan lain yang akan menopang kemampuan peserta didik perlu terus dilakukan, termasuk dalam penentuan Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila, rahmatan lil ‘alamin (P5RA).
Sudah seharusnya, semua kegiatan yang dilakukan memiliki irisan, saling menopang antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya.
Dalam rangka mengawal kemampuan yang diharapkan, Madrasah Pembangunan Syarif Hidayatullah Jakarta terus mengembangkan program penelusuran minat bakat, seperti GALAKSI (Great Festival Kreatifitas Siswa) di tingkat Madrasah Ibtidaiyah, dan Master Peace untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah. Kegiatan dilakukan dengan memadukan antara kompetisi lomba dan demontrasi hasil dari Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila, Rahmatan Lil ‘Alamin (P5RA).
Desain kompetisi didasarkan atas pengelompokan konsorsium keilmuan, seperti kelompok Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), pengetahuan umum, bahasa, dan agama, serta menyesuaikan dengan jenjang kelas.
Hal ini akan terlihat peminatan yang muncul, baik pada aspek pengetahuan umum, bahasa, agama Islam; maupun keterampilan lain yang menjadi keunggulan dari peserta didik. Melalui kegiatan tersebut diharapkan akan lahir “bibit unggul”, para bintang yang siap berkompetisi dalam level global, dapat mengharumkan pribadi, keluarga, dan lembaga.
Dalam penguatan nilai karakter, program tersebut disinyalir dapat menyiapkan pribadi yang cakap, baik aspek wawasan pengetahuan, psikomotorik, dan penanaman nilai-nilai positif.
Minimal ada lima karakter yang dibentuk melalui kegiatan penelusuran minat bakat, yaitu: Pertama, kemandirian, dipahami sebagai sikap atau perilaku yang dilakukan secara pribadi tanpa ada ketergantungan dari siapapun. Kemandirian merupakan perilaku yang dilakukan atas dorongan kemampuan minat bakat yang dimiliki, sehingga seorang individu menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Aspek perilaku ini erat kaitannya dengan pengembangan kreatifitas dan inovasi peserta didik.
Kedua, sportifitas, perilaku yang ditunjukkan seseorang dalam menerima keputusan hasil akhir dari kompetisi. Karakter sportif menjadi bagian dari perilaku jujur terhadap diri sendiri, menerima semua proses yang menjadi keputusan.
Nilai ini menjadi penting untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa dalam pertandingan apapun, kalah-menang adalah hal biasa yang harus diterima sebagar sebuah keputusan final. Sekaligus memberikan gambaran tentang arti penting dari usaha, latihan, dan fokus.
Ketiga, respect atau menghormati dengan tanpa tendensi apapun, bentuk penghormatan dan penghargaan yang diberikan seseorang kepada orang lain karena dorongan perasaan dan logika berfikir. Peserta didik harus diajarkan bagaimamana bisa menghormati dan menghargai orang lain dalam berbagai lini kehidupan.
Nilai karakter ini dapat ditunjukkan melalui berbagai perilaku, seperti mau mendengar, menghargai pendapat orang lain, merespon secara positif, tidak menghakimi, dan selalu membangun komunikasi secara efektif.
Kempat, tanggung jawab, perilaku yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan kewajiban baik secara individu, kelompok, masyarakat, dan sebagai pribadi beragama. Memupuk rasa tanggungjawab perlu ditanamkan sejak dini dalam berbagai kesempatan, sehingga akan tumbuh menjadi pribadi disiplin, mampu menghargai waktu, dan pribadi yang mampu menyelasaikan aktifitas secara baik dan berkelanjutan.
Seiring kemajuan zaman, kreatifitas dalam mendesain kegiatan sekolah/madrasah harus terus dilakukan, kegiatan yang dikemas tidak lagi hanya sebatas rutinitas, tetapi harus lebih fokus pada capaian luaran yang jelas, yakni penguatan nilai karakter.
Penulis: Direktur Pendidikan Yayasan Syarif Hidayatullah Jakarta dan Guru Besar Pengembangan Kurikulum FITK UIN Jakarta
Info Haji | 6 hari yang lalu
Keamanan | 5 hari yang lalu
Politik | 5 hari yang lalu
Ekbis | 6 hari yang lalu
Gaya Hidup | 5 hari yang lalu
Politik | 4 hari yang lalu
Politik | 6 hari yang lalu
Politik | 3 hari yang lalu
Politik | 5 hari yang lalu