Muhammadiyah Ikut Kritik Pemecatan Shin Tae-yong, Sebut Pelatih Baru Perlu Adaptasi!
RAJAMEDIA.CO - Sepakbola, Jakarta - Pemecatan pelatih Timnas Sepakbola Indonesia Shin Tae-yong oleh PSSI yang dibacakan Ketua Umum PSSI Erick Thohir mendapat perhatian luas masyarakat pegiat olahraga, tidak hanya di Indonesia juga di dunia internasional.
Semuanya seragam mengkritik PSSI, yang mengorbankan Timnas yang sedang berjuang dan berpeluang lolos piala dunia dengan kerangka tim yang sudah terbentuk kembali menjadi ambyar. Mereka sepakat pelatih baru perlu adaptasi
Kritik juga datang dari organisasi Muhammadiyah. Sekretaris Lembaga Pengembangan Olahraga (LPO) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Fajar Junaedi menyebut diberhentikannya Shin Tae Yong dari kursi kepelatihan Timnas Indonesia, membuat penggantinya kembali butuh waktu adaptasi.
Padahal kata Fajar Junaedi, Timnas Indonesia saat ini sedang dalam posisi kritis, namun masih berpeluang besar lolos di Putaran Ketiga Piala Dunia 2026.
Timnas masih memiliki dua sisa pertandingan yang sulit melawan Bahrain dan Australia untuk menentukan apakah lolos atau tidak.
“Mengganti pelatih berarti butuh waktu adaptasi para pemain dengan pelatih. Pelatih baru tidak memiliki banyak waktu untuk adaptasi dengan pemain karena Indonesia akan berjumpa Australia dan Bahrain pada Maret 2025 nanti,” ungkap Fajar Junaedi, mengutip laman Muhammadiyah, Rabu (8/1).
Fajar yang juga Dosen Ilmu Komunikasi UMY, menjelaskan, dalam kajian ilmu komunikasi, pertemuan orang baru akan berhadapan dengan ketidakpastian, yang disebut dengan Uncertainty Reduction Theory.
“Menurut teori ini, ada dua jenis ketidakpastian yang muncul ketika individu saling berinteraksi, yaitu ketidakpastian kognitif dan ketidakpastian perilaku,” ujarnya.
Dijelaskan Fajar, Ketidakpastian kognitif berkaitan dengan keyakinan, pengetahuan, dan informasi seseorang mengenai orang lain pada saat berinteraksi.
Sedangkan ketidakpastian perilaku berkaitan pada bagaimana individu memperkirakan perilaku yang akan diambilnya ketika berinteraksi pada situasi tertentu.
Lebih lanjut kata Fajar Junaedi, pemain akan berhadapan dengan pelatih baru. Tentu butuh waktu untuk mengurangi ketidakpastian kognitif dan perilaku dalam proses komunikasi antara pemain dan pelatih.
“Faktor internal ini akan berkelindan dengan faktor eksternal, yaitu tekanan media dalam berbagai narasi dan framing pemberitaan, serta tekanan publik di berbagai platform media sosial,” ungkapnya.
“STY selama ini adalah sosok media darling yang dicintai media dan publik. Pelatih baru, siapapun orangnya, akan menghadapi tantangan internal dan eksternal ini,” tambahnya.
Dalam perspektif komunikasi, katanya, bisa merujuk pada teori mindfulness, yaitu proses dimana seseorang secara sadar mengelola anxiety dan uncertainty terhadap orang lain dalam sebuah situasi komunikasi.
“Komunikasi efektif salah satunya sangat ditentukan oleh apakah seseorang mindful atau mindless dalam mengelola anxiety dan uncertainty. Pelatih baru dan para pemain bisa mengedepankan mindfulness untuk mengurangi ketidakpastian yang ada,” tutup Fajar Junaedi.
Info Haji 2 hari yang lalu
Info Haji | 5 hari yang lalu
Politik | 5 hari yang lalu
Opini | 6 hari yang lalu
Hukum | 6 hari yang lalu
Hukum | 6 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Parlemen | 4 hari yang lalu
Ekbis | 3 hari yang lalu
Opini | 5 hari yang lalu