Kemenag Minta Siaran Azan Digani Running Teks, Ketua DMI: Jangan Hilangkan Toleransi!
RAJAMEDIA.CO - Toleransi, Jakarta - Stasiun televisi disarankan untuk tetap menyiarkan azan di saat bersamaan dengan penayangan laporan perayaan misa.
Pernyataan itu disampaikan Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK). Saran tersebut disampaikan menanggapi polemik surat edaran Kominfo untuk mengganti siaran azan dengan running teks.
"Saya sarankan sebagai Ketua DMI agar stasiun televisi bisa terus melaporkan tentang misa juga ada tetap menyiarkan azan. Jadi layar dibagi dua dan hanya lima menit azan magrib," tegas JK dalam keterangannya, Rabu (4/9).
Diketahui, Kominfo telah menerbitkan surat edaran (SE) perihal Permohonan Penyiaran Azan Magrib dan Misa Bersama Paus Fransiskus. SE itu ditujukan kepada para Direktur Utama Lembaga Penyiaran serta Ketua Asosiasi dan Persatuan Lembaga Penyiaran.
Dalam SE tersebut meminta stasiun televisi nasional agar menyiarkan azan Magrib dalam bentuk running text saja saat Misa Agung Paus Fransiskus pada Kamis besok (5/9/).
SE Kominfo itu sendiri merupakan tindak lanjut dari surat Direktur Jenderal Bimbingan Islam dan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, serta Kementerian Agama Nomor: B86/DJ.V/BA.03/09/2024 per 1 September 2024.
JK menambahkan, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Islam terbanyak, tentu sangat mengutamakan toleransi. Dengan adanya seruan panggilan azan umat Islam yang bersamaan perayaan misa umat Katolik yang bersamaan, itu justru jangan saling menghilangkan.
"Itulah yang paling indah antara kedua umat beragama. Solusi terbaik, saling menghargai dan saling toleransi," tambah Wakil Presiden RI ke 10 dan 12 tersebut.
JK juga menyadari jika perayaan misa disiarkan di televisi-televisi Indonesia akan sangat baik. Ketua Umum PMI ini juga sekali lagi menyampaikan selamat datang untuk Paus Fransiskus yang dinilai sebagai kehormatan untuk Indonesia.
Sebagai informasi, pemimpin umat Katolik dunia Paus Fransiskus melakukan perjalanan apostolik ke Asia Pasifik pada September 2024. Indonesia menjadi negara pertama yang dikunjungi pada tanggal 3 hingga 6 September 2024.
Ada empat negara yang bakal dikunjungi dalam lawatan 11 hari, yakni Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura.
Kagumi semboyan Bhineka Tunggal Ika
aus Fransiskus mengagumi semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
"Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, bersatu dalam keberagaman, secara harfiah berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua, mengungkapkan realitas beraneka sisi dari berbagai orang yang disatukan dengan teguh dalam satu bangsa," kata Paus saat bertemu pejabat pemerintahan di Istana Negara.
Perbedaan di Indonesia, kata Paus, berkontribusi bagi pembentukan mosaik yang sangat besar, yang masing-masing keramiknya menurutnya merupakan unsur tak tergantikan dalam menciptakan karya besar yang autentik dan berharga.
"Kerukunan di dalam perbedaan dicapai ketika perspektif-perspektif tertentu mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan bersama dari semua orang," ujarnya.
"Ketika setiap kelompok suku dan denominasi keagamaan bertindak dalam semangat persaudaraan, seraya mengejar tujuan luhur dengan melayani kebaikan bersama," pungkasnya.
Info Haji 3 hari yang lalu
Politik | 6 hari yang lalu
Politik | 6 hari yang lalu
Parlemen | 5 hari yang lalu
Nasional | 5 hari yang lalu
Nasional | 5 hari yang lalu
Politik | 6 hari yang lalu
Olahraga | 5 hari yang lalu
Nasional | 5 hari yang lalu
Hukum | 3 hari yang lalu