Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Indonesia Cemas

Oleh: H Dede Zaki Mubarok
Rabu, 03 September 2025 | 08:04 WIB
Demo di depan Gedung DPR RI. -
Demo di depan Gedung DPR RI. -

RAJAMEDIA.CO - GARA-GARA DPR. Itu saja. Gara-gara rakyat tahu anggota DPR dapat tunjangan fantastis. Di saat yang sama, rakyat harus antri minyak goreng. Harus pusing thinking bayar SPP. Harus gigit jari lihat harga daging.
 

Tapi kemudian jadi tidak “itu saja”. Aksi demo yang semula tertib tiba-tiba berubah jadi ricuh. Gedung DPR didobrak. Fasilitas umum dirusak. Bahkan rumah anggota dewan dibakar. Lalu muncul truk-truk berisi bahan bakar. Ada petasan berdaya ledak tinggi.
 

Presiden Prabowo kemudian angkat bicara. Tegas. “Ini bukan demo biasa,” katanya. “Ini sudah direkayasa.”
 

Saya membayangkan suasana di Istana. Prabowo yang saya kenal pasti geram. Tapi geram saja tidak cukup. Sebagai presiden, dia harus bertindak. Dan dia bertindak.
 

Jangan Bandingkan Dengan 1998
 

Banyak yang bandingkan dengan 1998. Jangan. 1998 itu murni. Murni gerakan rakyat. Mahasiswa jadi garda depan. Orde Baru akhirnya tumbang.
 

Sekarang? 2025? Awalnya juga murni. Rakyat gerah. Tapi kemudian jadi tidak murni. Ada yang masuk. Ada yang ngendon di tengah massa. Bawa petasan. Bawa bensin. Lalu provokasi.
 

Hasilnya: kerusuhan. Bukan reformasi.
 

Siapa Dalangnya?
 

Prabowo bilang ada rekayasa. Lalu siapa dalangnya?
 

Presiden tidak menyebut nama. Tapi dia bilang: “Ada yang ingin negara ini hancur.”
 

Saya jadi ingat. Beberapa tahun terakhir ini banyak mafia berdasi. Mafia yang main di balik layar. Main di pasar saham. Main di kebijakan. Main di proyek infrastruktur.
 

Mereka ini yang mungkin sekarang main api. Manfaatkan kemarahan rakyat. Dibikin kerusuhan. Negara jadi tidak stabil. Mereka untung.
 

Prabowo janji akan lawan mafia ini. “Saya tidak akan biarkan,” katanya.
 

Ekonomi Jangan Tumbang
 

Saya khawatirnya ekonomi. Investor sudah mulai nervous. Turis cancel datang. Rupiah melemah.
 

Prabowo tahu betul ini. Makanya dia cepat ambil langkah. Suruh aparat tindak tegas. Tapi tegas yang terukur. Tidak boleh sembarangan.
 

Saya lihat dia juga mau dengar suara rakyat. Demo yang damai dipersilakan. Tapi yang anarkis ditindak.
 

Elite Harus Mendengar
 

Ini pelajaran buat elite politik. Jangan asyik sendiri. Jangan hanya mikirin tunjangan. Jangan hanya mikirin kursi.
 

Dengar suara rakyat. Mereka sudah teriak-teriak. Lihat saja di media sosial. Setiap hari ada keluhan. Harga cabe naik. Harga telor naik. Listrik mau naik.
 

DPR jangan tutup telinga. Jangan malah naikin tunjangan.
 

Ssaatnyah Bersatu
 

Sekarang bukan saatnya saling menyalahkan. Bukan saatnya demo lagi. Apalagi demo anarkis.
 

Sekarang saatnya bersatu. Rakyat dan pemerintah harus duduk bersama. Cari solusi. Krisis ini harus diakhiri.
 

Prabowo sudah ulur tangan. Dia mau dengar. Sekarang giliran kita dukung. Tidak perlu dengan demo. Tapi dengan kerja nyata.
 

Bangun ekonomi. Ciptakan lapangan kerja. Turunkan harga.
 

Kita bisa. Asal bersama-sama.
 

Catatan Akhir
 

Negara ini terlalu besar untuk jatuh karena kerusuhan. Terlalu kuat untuk dihancurkan oleh segelintir provokator.
 

Kita punya Prabowo yang tegas. Kita punya TNI-Polri yang profesional. Kita punya rakyat yang cinta damai.
 

Yang kita butuhkan sekarang: percaya. Percaya pada pemerintah. Percaya pada proses hukum. Dan percaya pada diri sendiri bahwa kita bisa melalui ini semua.
 

Seperti kata Prabowo: “Kita tidak akan menyerah pada siapapun.”

 

Penulis: Pimred Raja Media, Ketua DPP Pro Journalis Media Siber, Pengurus Pusat IKALUIN Jakartarajamedia

Komentar: