Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Garuda Muda Menatap Qatar

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Selasa, 08 April 2025 | 04:00 WIB
Skuad Garuda Muda U - 17. - Foto: Dok PSSI -
Skuad Garuda Muda U - 17. - Foto: Dok PSSI -

RAJAMEDIA.CO - SAYA tidak terlalu suka nonton pertandingan usia muda. Biasanya, permainan masih mentah. Banyak yang mengandalkan fisik. Emosi lebih dominan ketimbang strategi. Tapi untuk yang satu ini, saya membuat pengecualian.
 

Timnas U-17 Indonesia sedang tidak main-main.
 

Di Jeddah, Tapi Pikirannya Sudah ke Qatar
 

Senin sore waktu Jeddah. Zahaby Gholy melepaskan tembakan keras ke gawang Yaman. Gol. Itu baru menit 15. Setelah itu Fadly Alberto menyusul. Dan Evandra Florasta—anak muda yang punya sentuhan tenang seperti sudah berusia 25 tahun—menutup pertandingan dengan dua gol tambahan.
 

Skor akhir 4-1. Indonesia pesta. Tapi yang lebih menarik, bukan soal empat golnya. Bukan pula soal lolos ke perempat final. Ini tentang perubahan cara berpikir.
 

Sepak bola Indonesia bisa naik kelas, kalau cara kita membinanya juga berubah kelas. Sekarang, saya mulai percaya itu bukan cuma wacana.
 

Erick yang Tidak Mau Euforia
 

Ketua Umum PSSI Erick Thohir—yang pernah saya kritik karena terlalu banyak “jualan” branding—kali ini bicara sangat bijak. “Perjuangan belum selesai,” katanya. “Kita sudah lolos ke Piala Dunia U-17 2025 di Qatar, tapi masih banyak pertandingan berat menanti.”
 

Saya suka gaya Erick kali ini: tidak terlalu euforia. Padahal, di tengah gaduh politik, ia bisa saja numpang populer lewat keberhasilan ini. Tapi tidak. Ia memilih kalimat bijak, seolah sedang menasihati anak-anaknya agar tidak sombong.
 

Mungkin, ia memang sedang berpikir seperti ayah yang melihat anak-anaknya baru mulai merangkak di kancah dunia.
 

Generasi yang Lebih Tenang
 

Saya masih ingat generasi U-16 yang dilatih Bima Sakti. Tahun 2018, sempat bikin haru saat mengalahkan Iran. Tapi kemudian gugur.
 

Yang sekarang? Mereka lebih matang. Lebih kalem. Tidak meledak-ledak. Bahkan saat Yaman mencetak penalti di menit 48, anak-anak kita tetap tenang. Tidak panik. Tidak buru-buru.
 

Nova Arianto patut diapresiasi. Ia bukan pelatih flamboyan. Tidak banyak gaya. Tapi hasilnya bicara. Disiplin dan karakter tim ini terlihat kuat.
 

“Yang kami tanamkan bukan cuma teknik, tapi juga mental,” kata Nova dalam salah satu wawancara.
 

Itu penting. Karena Qatar bukan turnamen biasa. Ini Piala Dunia. Tempat semua mata dunia melihat. Tempat anak-anak kita akan benar-benar diuji.
 

Jangan Puas, Jangan Juga Takut
 

Kita boleh bangga. Tapi tidak boleh cepat puas.
 

Saya justru ingin PSSI segera menyiapkan uji coba lawan negara-negara kuat. Jangan hanya menang di Asia. Kita harus tahu, seberapa besar jurang yang masih perlu kita tutup untuk bisa berbicara di pentas dunia.
 

Jangan takut juga. Dulu kita tidak pernah berpikir bisa sampai ke sini. Sekarang, kita sudah menatap Qatar.
 

Garuda Muda bukan hanya sedang terbang. Tapi sedang belajar melayang lebih tinggi—dengan sayap yang baru saja tumbuh.rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
Ilustrasi - Medsos -
Mengadu Nasib ke Kota
Senin, 07 April 2025
Ilustrasi suasana setelah idufitri 1446 H - Istimewa -
Kampung Halaman
Kamis, 03 April 2025
Ilustrasi -
Hari Baru, Janji Lama
Rabu, 02 April 2025