Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Berlatar Praktik Ilmu Hitam di Minahasa, Film Horor 'Mariara' Segera Tayang di Bisokop XXI

Laporan: Firman
Rabu, 11 September 2024 | 15:25 WIB
Film bengenre horor Mariara dengan latar praktik ilmu hitam di salah satu kampung di Minahasa, segera tayang di Bisokop XXI. [Foto: Repro/RMN]
Film bengenre horor Mariara dengan latar praktik ilmu hitam di salah satu kampung di Minahasa, segera tayang di Bisokop XXI. [Foto: Repro/RMN]

RAJAMEDIA.CO - Manado - Bagi kalian penikmat film horor lokal, siap-siap dibuat merinding karena legenda urban dari Minahasa, Mariara.


Film yang bercerita tentang praktik ilmu hitam di salah satu kampung di tanah Minahasa ini, menawarkan alternatif tontonan yang berbeda dari biasanya. Film Mariara bergenre horror thriller yang mengambil latar belakang budaya Minahasa yang sarat dengan kekristenan.


Film berjudul Mariara ini bakal tayang di jaringan bioskop XXI pada bulan November 2024.


Disajikan dengan menggunakan bahasa melayu Manado (subtitle bahasa Indonesia), film Mariara digarap cukup apik dengan tempo yang cukup cepat dengan durasi kurang lebih 1 jam, 37 menit.


Sutradara film Mariara, Veldy Reynold menceritakan penggarapan film dengan menggunakan struktur cerita multiplot.


Menurutnya, film ini akan memancing logika berpikir dari penonton, meski penyajiannya cukup sederhana dengan perpindahan scene yang cepat.

 

Kendala teratasi


Sementara Produser film Mariara, Merdy Rumintjap, mengatakan jika film ini menjadi salah satu film Indonesia yang dibuat dalam waktu paling lama, yakni dimulai dari persiapan atau praproduksi tahun 2018, hingga proses syuting yang dilakukan pada tahun 2019, dan akhirnya bisa rampung di tahun 2024 ini.


Menurut Merdy, penyebab mandeknya produksi film ini, dikarenakan banyak kendala, yakni medan lokasi syuting yang terlalu berat hingga kendala COVID-19 yang terjadi di tahun 2020, membuat film ini sempat terhenti begitu lama.


"Walau banyak halangan, tekad kami sangat kuat untuk membuat karya dan memperkaya perfilman nasional dari Sulawesi Utara,” tutur Merdy.


Diceritakannya, persoalan masih terjadi setelah COVID-19 lewat. Sejumlah pemain ada yang telah dipanggil Yang Maha Kuasa, sehingga harus dilakukan sejumlah penyesuaian agar film ini bisa dilanjutkan.


Dirinya juga tidak menampik adanya kendala-kendala yang sifatnya mistis, karena kata Mariara ini seharusnya tidak dibicarakan di tempat umum.


"Setiap kali ingin menuntaskan film ini, selalu ada saja kendala yang datang. Seperti ada pemain yang tidak mau lagi melanjutkan syuting padahal scene miliknya sudah banyak yang di take. Bahkan ketika di post production, sering sekali terjadi file error tanpa sebab yang masuk akal,” ujar Medy.


Berkat doa dan dukungan dari masyarakat Sulawesi Utara dan seluruh masyarakat di mana pun, film ini yang digarap sutradara Veldy Reynold dan almarhum Jeffrey Luntungan, bisa tuntas diproduksi dan diterima oleh XXI, meski kompetisi di XXI sangat ketat.


"Kami patut memberikan apresiasi besar kepada XXI yang sudah melihat secara objektif film ini, yang meskipun diproduksi oleh anak-anak daerah dengan konten materi kearifan lokal, namun XXI sangat terbuka dan objektif memberikan ruang untuk berkembangnya perfilman nasional dari daerah,” demikian tutup Merdy kembali.rajamedia

Komentar: