Menempa Mental Wirausaha ala Lek Dul
RAJAMEDIA.CO - ADA satu kalimat yang kerap beredar di dunia wirausaha: “kesuksesan bukan hasil keberuntungan, melainkan hasil dari mental yang ditempa oleh keringat dan air mata”.
Bagi Abdul Muhaimin—atau yang lebih akrab disapa Lek Dul—kalimat itu bukan sekadar jargon. Ia adalah jalan hidup.
Di hadapan ratusan mahasiswa Ikopin University, Kamis (18/12), Lek Dul tidak datang membawa kisah glamor. Ia datang membawa cerita tentang pilihan hidup, kegagalan, dan keberanian untuk tidak kembali menoleh ke belakang.
Dari Yogyakarta ke Papua, Lalu Berhenti
Kisah ini bermula dari sebuah prinsip sederhana yang ia pegang sejak mahasiswa di Yogyakarta: tidak ingin menjadi ASN.
Prinsip itu membuatnya berani melangkah ke dunia profesional—hingga akhirnya bekerja di perusahaan PMA/PMDN, bahkan sempat mencicipi karier prestisius di PT Freeport Indonesia, Papua.
Namun, di balik gaji dan status, ada kegelisahan yang tumbuh diam-diam.
“Saya menyadari, jika terus menjadi karyawan, perkembangan saya akan stagnan,” tutur Lek Dul pelan, namun mantap.
Dari perenungan itulah sebuah keputusan besar lahir: berhenti bekerja dan berwirausaha. Dengan satu janji yang ia ikrarkan pada diri sendiri—sekali melangkah, tak boleh lagi menoleh ke belakang.
Gagal Beternak, Bangkit Berangkringan
Jalan wirausaha ternyata tidak langsung ramah.
Usaha pertama Lek Dul di bidang peternakan ayam berakhir dengan kegagalan total. Modal habis. Harapan runtuh.
Sedih? Tentu.
Menyerah? Tidak.
Mentalitas pantang menyerah membawanya bangkit, mencoba lagi—kali ini lewat angkringan di Bandung dan Sumedang. Usaha yang tampak sederhana, namun menuntut kerja luar biasa.
Di masa-masa awal, gengsi ditanggalkan.
Lek Dul turun langsung: meracik bumbu, menyajikan makanan, mencuci mangkuk, hingga beres menjelang subuh. Semua dilakukan sendiri.
Di sanalah mental wirausaha benar-benar ditempa—bukan di ruang rapat, melainkan di balik asap dapur dan suara piring beradu.
Angkringan dengan Manajemen Visioner
Bukan tanpa bekal.
Latar belakang pendidikan ekonomi dan pengalaman kerja membuat Lek Dul mengelola angkringannya dengan cara berbeda. Ia menerapkan SOP yang ketat, manajemen kualitas, inovasi berkelanjutan, dan hospitality sebagai napas usaha.
Baginya, angkringan bukan sekadar tempat makan, tetapi ruang pengalaman.
“Menjadi wirausaha itu bukan soal modal uang, tapi modal mental,” tegasnya.
Mental yang ia maksud: berani mengambil risiko, siap belajar, disiplin, kerja keras, dan selalu berpikir ke depan.
Mental Wirausaha dalam Perspektif Akademik
Apa yang dialami Lek Dul, menurut Shofwan Azhar, Dosen Ikopin University, sejatinya sejalan dengan teori para ahli kewirausahaan dunia.
Ia mengulas mental wirausaha sebagai kombinasi:
- Motivasi berprestasi tinggi (David McClelland),
- Inovasi berkelanjutan (Joseph Schumpeter),
- Keberanian menghadapi risiko terukur (Frank Knight),
- Kepekaan terhadap peluang dan visi masa depan (Israel Kirzner),
serta nilai dan pembelajaran jangka panjang.
“Keempat tokoh ini membuktikan bahwa kesuksesan entrepreneur bukan hasil instan, melainkan buah dari mental kuat, visi jelas, inovasi, dan nilai yang konsisten,” ujar Shofwan.
Bukan Sekadar Teori, Tapi Nyawa
Kuliah umum ini bukan hanya tentang wirausaha sebagai konsep, melainkan wirausaha sebagai laku hidup.
Melalui kisah Lek Dul, mahasiswa Ikopin University diajak memahami bahwa jatuh, gagal, dan bangkit adalah bagian dari proses menempa mental.
Karena pada akhirnya, wirausaha bukan tentang seberapa besar usaha dimulai—melainkan seberapa kuat mental bertahan saat semuanya terasa berat.
Dan Lek Dul telah membuktikannya, dari kegagalan kandang ayam hingga aroma kopi di angkringan.![]()
Nasional 1 hari yang lalu
Daerah | 6 hari yang lalu
Nasional | 6 hari yang lalu
Ekbis | 6 hari yang lalu
Politik | 4 hari yang lalu
Keamanan | 4 hari yang lalu
Politik | 4 hari yang lalu
Info Haji | 4 hari yang lalu
Hukum | 6 hari yang lalu
Daerah | 6 hari yang lalu
