Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Fadli Zon Sentil Belanda: Jangan Bungkus Aksi Militer dengan Kata Polisionil!

Laporan: Firman
Sabtu, 26 Juli 2025 | 10:43 WIB
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan pentingnya menuliskan ulang sejarah Indonesia dari kacamata bangsa sendiri, bukan narasi kolonial. - Foto: Dok. Kemenbud -
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan pentingnya menuliskan ulang sejarah Indonesia dari kacamata bangsa sendiri, bukan narasi kolonial. - Foto: Dok. Kemenbud -

RAJAMEDIA.CO - Depok, Sejarah Indonesia — Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan pentingnya menuliskan ulang sejarah Indonesia dari kacamata bangsa sendiri, bukan narasi kolonial. 
 

Ia menyoroti sikap pemerintah Belanda yang masih menyebut Agresi Militer Belanda I dan II sebagai "Aksi Polisionil", seolah hanya bertugas memulihkan ketertiban di Hindia Belanda.
 

"Itu pengaburan sejarah! Belanda masih merasa Indonesia bagian dari mereka saat melakukan agresi militer. Padahal, itu jelas-jelas penyerangan terhadap kedaulatan bangsa," tegas Fadli usai menghadiri Diskusi Publik Draf Penulisan Buku Sejarah Indonesia di Fakultas Ilmu Kebudayaan Universitas Indonesia (FIB UI), Depok, Jumat (25/7).
 

Fadli menyebut peristiwa Rawagede di Karawang, Jawa Barat, sebagai bukti kekejaman kolonial. Sebanyak 431 warga desa dibantai. Namun berkat perjuangan tokoh dr. Wiliam Hutagalung, kasus ini dibawa ke parlemen Belanda dan akhirnya mendapat pengakuan serta kompensasi bagi keluarga korban.
 

Pengakuan tersebut kini bahkan dituangkan dalam buku resmi berjudul "The Netherlands Indies' Military Operations in Indonesia" yang diterbitkan pemerintah Belanda dalam 11 jilid sejak dua tahun lalu.
 

"Ironisnya, Belanda lebih dulu menuliskan sejarah mereka sendiri, sementara kita belum rampung membenahi narasi kita," ujar Fadli.

 

Menurut Fadli, buku-buku itu justru kini menjadi rujukan awal dalam proses pemutakhiran sejarah nasional. Namun ia menegaskan: penulisan ulang sejarah harus dilakukan dari sudut pandang Indonesia.
 

"Kita harus kembalikan sejarah ke tangan bangsa sendiri. Bukan sekadar memperbaiki, tapi bagian dari menemukan jati diri bangsa," tandasnya.rajamedia

Komentar: