Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Besok Lebaran

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Minggu, 30 Maret 2025 | 04:00 WIB
Ilustrasi -
Ilustrasi -

RAJAMEDIA.CO -  BESOK lebaran.
 

Di langit, hilal sudah terlihat—atau setidaknya diputuskan terlihat. Di bumi, jalanan mulai padat, pasar penuh sesak, dan handphone sibuk berbunyi: "Besok ke rumah siapa dulu?"
 

Ada yang gembira. Ada yang lega. Ada yang justru sedih.
 

Gembira, karena esok adalah hari kemenangan.
 

Lega, karena sebulan penuh berhasil menahan diri.
 

Sedih, karena Ramadan akan pergi.
 

Kemenangan atau Kebiasaan?
 

Tapi, menang dari apa?
 

Menang dari lapar dan dahaga? Itu mudah. Jam 6 sore juga hilang sendiri.
 

Menang dari amarah, dari ego, dari kesombongan? Itu yang sulit.
 

Padahal itulah inti Ramadan.
 

Karena kalau puasa hanya menahan lapar, anak kecil juga bisa.
 

Kalau shalat tarawih hanya jadi rutinitas, lantas apa yang tersisa dari Ramadan?
 

Fitri Itu Soal Hati
 

Kita sibuk mencari baju baru. Sibuk mempersiapkan hidangan terbaik.
 

Tapi, apakah hati sudah diperbarui?
 

Fitri bukan soal pakaian.
 

Fitri bukan soal opor ayam dan ketupat.
 

Fitri adalah soal kembali bersih. Soal menghapus dendam, membuang kebencian.
 

Karena tak ada gunanya puasa sebulan penuh jika hati masih dipenuhi iri dan dengki.
 

Umar bin Khattab pernah berkata:
"Orang yang paling kuat adalah yang mampu memaafkan meskipun ia mampu membalas."
 

Tapi lihat sekeliling.
 

Kita masih suka saling serang. Masih senang mencari kesalahan orang lain.
 

Masih sulit memaafkan.
 

Lalu, apakah kita benar-benar kembali suci?
 

Untuk Pemimpin
 

Lebaran juga momentum bagi para pemimpin.
 

Untuk refleksi. Untuk bercermin.
 

Rakyat berpuasa menahan lapar. Tapi apakah pemimpin sudah menahan diri dari rakusnya kekuasaan?
 

Rakyat belajar sabar. Tapi apakah pemimpin sudah sabar mendengar keluhan mereka?
 

Bung Hatta pernah berkata:
"Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar, kurang cakap bisa diatasi dengan pengalaman, tapi jika tidak punya integritas, habislah sudah."
 

Maka, lebaran ini bukan hanya soal silaturahmi.
 

Tapi soal memperbaiki diri.
 

Bukan hanya untuk rakyat. Tapi juga bagi mereka yang memegang amanah.
 

Setelah Lebaran, Apa?
 

Besok kita bermaaf-maafan.
 

Lalu lusa? Apakah kita kembali ke kebiasaan lama?
 

Apakah setelah ini kita kembali saling menyindir? Saling menjatuhkan?
 

Atau kita benar-benar berubah?
 

Lebaran bukan sekadar hari raya.
 

Lebaran adalah ujian: apakah Ramadan benar-benar meninggalkan bekas dalam diri kita?
 

Karena kalau setelah ini tak ada yang berubah, maka Ramadan hanya menjadi jeda.
 

Bukan perjalanan menuju kemenangan. TAMATrajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
Presiden Prabowo Subianto menerima ribuan rakyat di Istana, seusai salat Idulfitri, yang disebut Gelar Griya Idulfitri 1446 H. - BPMI Setpres -
Ketika Istana Membuka Pintu
Selasa, 01 April 2025
Ilustrasi ketupat lebaran - freepik -
Ketupat Lalu Pergi
Selasa, 01 April 2025
Ilustrasi gema takbir - Foto: Dok Kemenag -
Gema Takbir Berkumandang
Senin, 31 Maret 2025
Ilustrasi usai salat Ied di Perumahan Serpong Estate - Repro -
Kemenangan atau Sekadar Perayaan?
Sabtu, 29 Maret 2025