Perayaan Natal 2025: Doa, Solidaritas, hingga Misi Kemanusiaan Palestina
RAJAMEDIA.CO - PERAYAAN Natal Nasional 2025 tidak lagi sekadar seremoni ibadah tahunan. Di tangan Maruarar Sirait, Natal menjelma menjadi gerakan kemanusiaan berskala besar yang menjangkau lintas suku, lintas agama, dan lintas batas negara.
Gema solidaritas itu meluas hingga Palestina—bangsa yang tengah menghadapi krisis kemanusiaan berkepanjangan.
Transformasi ini sejalan dengan arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto, yang dalam berbagai forum internasional menegaskan bahwa Palestina adalah prioritas diplomasi kemanusiaan Indonesia. Prabowo berulang kali menegaskan bahwa Indonesia akan terus berdiri paling depan membela hak-hak dan martabat rakyat Palestina.
Maruarar membaca pesan itu. Dan ia menerjemahkannya bukan dalam wacana, tetapi dalam aksi nyata.

Senayan Menjadi Ruang Kepedulian
Perayaan Natal 2025 akan digelar di Tenis Indoor Senayan, menghadirkan sekitar 4.000 peserta. Yang membedakan perayaan ini dari tahun-tahun sebelumnya adalah komposisinya. Sebanyak 3.000 kursi diberikan khusus untuk kelompok masyarakat rentan—mereka yang selama ini jarang mendapat ruang dalam acara-acara besar.
Mereka terdiri dari:
- Anak-anak yatim
- Koster dan pelayan gereja akar rumput
- Guru agama dan guru masyarakat kecil
- Penyandang disabilitas
- Para pelayan gereja dan pekerja keagamaan lainnya
Tidak ada protokoler kaku. Tidak ada dominasi tamu pejabat. Maruarar memastikan bahwa Natal kembali pada makna terdalamnya: berpihak kepada yang kecil, memberi ruang bagi yang luput dari perhatian, dan mengangkat mereka yang kerap berada di pinggiran.
_1763960144.jpg)
Solidaritas Lintas Iman Terkumpul Rp 47 Miliar
Di tengah suasana syukur, lahirlah kabar menggugah: Rp 47 miliar terkumpul. Dan untuk solidaritas Palestina, Maruarar menyebut persembahan dari ibadah Natal akan diserahkan langsung kepada Duta Besar Palestina yang akan hadir di acara.
Ini bukan seremoni simbolik. Ini bantuan nyata.
Natal menjadi jembatan moral antara Indonesia dan Palestina—bahwa penderitaan manusia adalah panggilan nurani seluruh bangsa, tanpa memandang agama.
Ini adalah hasil partisipasi umat lintas iman—Kristiani, Muslim, Buddha, dan masyarakat dari beragam latar belakang.
Kontribusi ini bukan sekadar angka. Ini adalah tanda bahwa Indonesia memandang Palestina sebagai isu kemanusiaan, bukan isu satu agama.
Ini bukan jumlah kecil. Ini bukti bahwa isu Palestina bukan hanya isu politik. Tapi isu kemanusiaan. Dan rakyat Indonesia dari berbagai agama menyambutnya dengan membuka hati dan dompet.
Semuanya berkontribusi. Seperti kata Maruarar: “Penderitaan rakyat Palestina adalah penderitaan kita semua.”
Natal menjadi jembatan dari Senayan ke Gaza.
10 Ribu Sembako, Perbanyak Bantuan Sosial
Di dalam, dampak perayaan ini diperluas melalui program distribusi 10.000 paket sembako kepada keluarga yang membutuhkan di seluruh Indonesia.
Data yang dihimpun dari gereja-gereja lokal dan organisasi sosial mitra menunjukkan paket tersebut menjangkau wilayah-wilayah dengan tingkat kerentanan ekonomi tinggi, termasuk di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
Setiap paket berisi bahan pokok seperti beras, minyak goreng, gula, telur, dan susu, yang dirancang untuk meringankan beban rumah tangga sekaligus menjadi tanda kasih nyata di musim Natal.
Ini adalah bentuk konkret dari semangat "Natal yang membumi", di mana sukacita perayaan diterjemahkan langsung menjadi penguatan ketahanan sosial bagi ribuan keluarga.
Beasiswa: Dari 10 Provinsi untuk 1.000 Anak Bangsa
Maruarar juga mengumumkan program besar beasiswa pendidikan yang menjangkau 1.000 penerima di 10 titik provinsi, masing-masing mendapatkan Rp 10 juta.
Total anggaran beasiswa mencapai Rp 10 miliar.
Provinsi yang termasuk dalam titik penerima antara lain:
- Papua
- Maluku
- Sulawesi Utara
- Nusa Tenggara Timur
- Kalimantan Barat
- serta wilayah-wilayah lain yang tingkat kebutuhan sosialnya tinggi
Beasiswa ini menjadi bukti bahwa Natal bukan berhenti pada doa dan nyanyian pujian, tetapi menyiapkan masa depan bagi anak-anak bangsa yang sering terabaikan.

"Sederhana tetapi Berdampak”: Wajah Baru Natal Nasional
Maruarar menekankan bahwa Natal Nasional kali ini harus merakyat, membumi, dan memberi ruang bagi yang jarang terdengar. Prinsip itu diwujudkan melalui:
1. Undangan untuk kelompok rentan dalam jumlah besar. “Bukan hanya penonton, tetapi mereka yang merasakan Natal secara utuh”.
2. Pelibatan UMKM lokal sebagai penyedia konsumsi. “Agar ekonomi kecil merasakan langsung dampak acara dan ikut tumbuh”.
3. Panggung untuk talenta lokal, bukan artis papan atas. “Memberi ruang bagi bakat yang sehari-hari tidak memiliki panggung nasional.”
Semua itu berjalan dalam kesederhanaan, namun dengan dampak sosial yang luas
Arah Presiden, Gerakan Masyarakat
Gagasan besar Maruarar Sirait ini tidak berdiri sendiri. Ia berangkat dari garis besar yang digariskan Presiden Prabowo Subianto: bahwa diplomasi Indonesia harus berwatak kemanusiaan, bahwa bangsa ini harus hadir bagi rakyat yang tertindas, terutama Palestina.
Perayaan Natal 2025 di Senayan menjadi bukti bahwa ketika negara memberi arah, masyarakat mampu menggerakkannya. Ketika pemimpin berbicara tentang kemanusiaan, rakyat menjawab dengan aksi.
Natal yang Hidup, Natal yang Bergerak
Perayaan Natal 2025 memperlihatkan wajah baru perayaan iman di Indonesia. Bahwa doa yang bermakna adalah doa yang diwujudkan dalam tindakan. Bahwa kasih harus bergerak melampaui tembok-tembok rumah ibadah.
Dari anak yatim hingga koster, dari guru sederhana hingga penyandang disabilitas, dari Senayan hingga Gaza—Natal tahun ini menyampaikan satu pesan:
Natal bukan hanya tentang apa yang kita rayakan.
Natal adalah tentang siapa yang kita perjuangkan.
Tahun ini, Indonesia memilih untuk memperjuangkan Palestina.
Dan ketika Presiden Prabowo memberikan arah,
Ara—Maruarar Sirait—merealisasikan itu semua.
Penulis: Ketua DPP Pro Journalismedia Siber (PJS) Indonesia, Wartawan Senior![]()
Nasional 4 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 3 hari yang lalu
Gaya Hidup | 5 hari yang lalu
Nasional | 4 hari yang lalu
Parlemen | 2 hari yang lalu
Opini | 15 jam yang lalu
Ekbis | 5 hari yang lalu