Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Mengadu Nasib ke Kota

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Senin, 07 April 2025 | 04:00 WIB
Ilustrasi - Medsos -
Ilustrasi - Medsos -

RAJAMEDIA.CO - SAYA bertemu Deni di terminal. Ia memeluk ibunya erat. Tak banyak kata. Hanya mata yang basah. Dan tas ransel lusuh yang ia panggul seperti harapan.


Katanya ingin ke kota. Mencoba nasib. Jakarta.


Bukan cerita baru, memang. Tapi tetap saja terasa getir.


Setelah salat Ied, makan opor, dan bersilaturahmi, banyak anak muda desa mulai menghitung ongkos: berapa harga tiket bus, berapa uang yang tersisa dari THR, dan berapa nekat yang mereka punya.


Kota itu memanggil. Tapi tidak menjanjikan.


Ada yang pulang kampung dengan cerita sukses: kerja di kafe, gaji UMR, kosan cukup nyaman, kadang bisa traktir adik. Tapi banyak juga yang hilang. Tidak lagi terdengar kabarnya. Mungkin sukses. Mungkin menyerah. Mungkin... entah.


Saya jadi ingat satu kalimat lama:

 

“Orang kota ingin hidup tenang di desa. Orang desa ingin sukses di kota.”

 

Lucu, ya? Tapi begitulah.


Saya tahu rasanya.


Dulu saya juga begitu. Berangkat dari kampung dengan satu niat: cari peluang. Tidak ada yang pasti. Hanya keyakinan dan sedikit nekat.


Tapi kota itu keras. Jalanan tak ramah. Orang sibuk. Semuanya cepat. Yang lelet, tergilas.


Tapi selalu ada ruang.


Untuk yang tekun. Untuk yang jujur. Untuk yang mau belajar.


Saya pernah melihat tukang parkir yang jadi manajer minimarket. Pernah mendengar cleaning service yang sekarang punya usaha laundry. Kota itu tidak menilai dari ijazah. Tapi dari upaya.


Masalahnya: tidak semua siap. Banyak yang datang tanpa bekal. Tanpa kenalan. Tanpa rencana.


Itulah mengapa saya sering bilang:


“Pemerintah daerah jangan cuma bangga angka urbanisasi. Tapi juga harus siap dampaknya.”


Sekarang, saat euforia Lebaran masih tersisa, terminal kembali penuh. Tapi kali ini bukan orang pulang. Tapi orang pergi. Menuju harapan. Menuju impian. Menuju ketidakpastian.


Saya hanya berharap satu: semoga mereka tidak hanya mengadu nasib. Tapi juga membawa niat membangun masa depan.


Karena kota tidak menjanjikan apa-apa. Tapi bagi yang pantang menyerah, kadang memberi segalanya.rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
Ilustrasi suasana setelah idufitri 1446 H - Istimewa -
Kampung Halaman
Kamis, 03 April 2025
Ilustrasi -
Hari Baru, Janji Lama
Rabu, 02 April 2025
Presiden Prabowo Subianto menerima ribuan rakyat di Istana, seusai salat Idulfitri, yang disebut Gelar Griya Idulfitri 1446 H. - BPMI Setpres -
Ketika Istana Membuka Pintu
Selasa, 01 April 2025