Al-Qur’an dan Ramadan: Bukan Sekadar Bacaan
Seri - 6

RAJAMEDIA.CO - RAMADAN lagi. Masjid dan mushola lebih ramai. Tadarus Al-Qur’an menggema di mana-mana. Sehari satu juz, dua juz, bahkan ada yang lebih.
Tapi saya sering bertanya-tanya: semakin banyak yang membaca, apakah semakin banyak pula yang memahami?
Saya pernah melihat seseorang membaca Al-Qur’an dengan begitu cepat. Seperti mesin. Seperti mengejar target. Hafal ayatnya, tapi lupa maknanya. Paham bacaannya, tapi tidak menjalankannya.
Suatu hari, saya bertemu dengan seorang hafiz muda. Suaranya merdu. Hafalannya luar biasa. Tapi ketika saya tanya tentang makna sebuah ayat, ia terdiam. “Saya belum sempat mendalami tafsirnya,” katanya.
Saya teringat ucapan Imam Al-Ghazali, “Banyak orang membaca Al-Qur’an, tapi Al-Qur’an justru melaknat mereka.” Kenapa? Karena mereka hanya membacanya dengan lisan, tapi tidak dengan hati.
Di bulan Ramadan ini, kita memang dianjurkan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Tapi jangan sampai hanya menjadi rutinitas tanpa ruh. Jangan sampai hanya sekadar target hafalan, tanpa bekas dalam perilaku.
Saya teringat kisah Umar bin Khattab. Ia butuh waktu bertahun-tahun hanya untuk menghafal satu surat, Al-Baqarah. Bukan karena sulit, tapi karena ia tidak mau pindah ke ayat berikutnya sebelum benar-benar memahami dan mengamalkannya.
Sekarang, banyak yang bisa khatam berkali-kali dalam sebulan. Tapi setelah Ramadan? Apakah ayat-ayat itu masih ada dalam hati kita? Masihkah membimbing perilaku kita?
Saya melihat keadaan kita hari ini. Orang-orang sibuk berdebat. Saling menyalahkan. Pejabat bertengkar. Kebijakan sering kali tidak berpihak pada rakyat. Ketidakadilan terasa nyata, tapi justru dibenarkan dengan dalih agama.
Kalau saja Al-Qur’an benar-benar kita pahami dan amalkan, negeri ini mungkin lebih damai. Pejabat lebih jujur, rakyat lebih sabar, pemimpin lebih adil.
Dulu, ulama besar seperti Imam Syafi’i tidak hanya hafal Al-Qur’an sejak kecil, tapi juga mengamalkan setiap ayatnya dalam kehidupan. Bukan sekadar bacaan. Bukan sekadar hafalan.
Ramadan adalah bulan Al-Qur’an. Tapi bukan hanya untuk menamatkan mushaf. Ia harus tertanam di hati. Harus menjadi cahaya yang menerangi perilaku kita.
Karena Al-Qur’an bukan sekadar bacaan. Ia adalah pedoman. Dan pedoman hanya akan berarti jika diamalkan.
Hukum | 6 hari yang lalu
Nasional | 6 hari yang lalu
Hukum | 6 hari yang lalu
Parlemen | 6 hari yang lalu
Dunia | 6 hari yang lalu
Nasional | 12 jam yang lalu
Hukum | 13 jam yang lalu
Politik | 2 hari yang lalu
Opini | 2 hari yang lalu