Agung Danarto: Tiga Makna Wasathiyah Menurut Ibnu Katsir

RAJAMEDIA.CO - Yogyakarta, 3 Maret 2025 — Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agung Danarto, mengupas tiga makna Wasathiyah menurut tafsir Ibnu Katsir. Bukan sekadar soal moderasi, Agung menekankan bahwa Wasathiyah juga bermakna masyarakat unggul, terpilih, dan adil.
"Kalau kita bicara Islam Wasathiyah, tidak bisa lepas dari Surah Al-Baqarah ayat 143," kata Agung dalam Pengajian Ramadan 1446 H bertajuk “Pengembangan Wasathiyah Islam Berkemajuan: Tinjauan Teologis, Ideologis, dan Praksis” di Ballroom Student Dormitory, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ahad (2/3).
Menurut Agung, Ibnu Katsir dalam tafsirnya tidak terlalu menyoroti aspek ‘tengahan’ dari Wasathiyah. Konsep moderasi atau posisi tengah dalam Islam lebih merupakan tafsir kontemporer.
"Kalau kita memahami Wasathiyah sebagai masyarakat unggul dan terpilih, itu lebih jelas. Itulah yang dimaksud ketika Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, agar umat Islam menjadi umat terbaik, bukan hanya secara konsep, tetapi juga dalam realita," jelasnya.
Dari Jahiliah Jadi Pusat Peradaban
Agung menegaskan bahwa Islam turun di tengah masyarakat jahiliah—sebuah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis dan minim etika. Namun, melalui pendidikan dan pembinaan yang panjang, Islam berhasil mengubah karakter masyarakat Arab dan menjadikan Mekah sebagai pusat peradaban umat manusia.
Dalam masa Kekhalifahan Umar bin Khattab, umat Islam melakukan futuhat (pembebasan) ke berbagai wilayah.
"Disebut pembebasan karena masyarakat yang dikuasai Persia dan Romawi merasa terjajah. Ketika Islam hadir, mereka justru menyambutnya dengan luar biasa. Mereka menganggap Islam sebagai pembebas," ujar Agung.
Apa yang membuat Islam begitu diterima? Jargon-jargon kesetaraan dan keadilan yang dibawa Islam menjadi daya tarik utama.
"Tidak ada perbedaan antara orang Arab dan non-Arab, tidak ada perbedaan antara budak dan tuannya, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Itu yang membuat masyarakat lokal ikut membantu futuhat dan menjadikan Islam sebagai sistem baru yang mereka yakini lebih adil," terangnya.
Agung menegaskan bahwa Wasathiyah Islam bukan sekadar moderasi, tapi juga tentang membangun masyarakat unggul, adil, dan terpilih—sebagaimana yang sudah dicontohkan Nabi Muhammad dan para sahabat.
Apakah konsep ini masih relevan di zaman sekarang? Agung meyakini bahwa prinsip-prinsip keunggulan dalam Islam tetap bisa diterapkan dalam membangun masyarakat yang berkemajuan.
Politik 5 hari yang lalu

Politik | 5 hari yang lalu
Parlemen | 6 hari yang lalu
Hukum | 4 hari yang lalu
Opini | 5 hari yang lalu
Hukum | 5 hari yang lalu
Nasional | 5 hari yang lalu
Hukum | 5 hari yang lalu
Parlemen | 5 hari yang lalu
Parlemen | 5 hari yang lalu