Presiden Orang Jawa! Pengamat: Pernyataan LBP Berpotensi Munculkan Etnosentrisme
Raja Media (RM), Politik - Pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan (LBP), yang menyebut orang luar Jawa jangan mimpi jadi presiden disesalkan banyak pihak.
Sebagai Menko Marves, tidak seharusnya LBP menyatakan hal tersebut.
Hal itu disampaikan (Menko Marves) Pengamat Komunikasi Politik Jamiluddin Ritonga, dalam keterangannya dikutip Raja Media Network (RMN), Sabtu (24/9).
Menurt Ritonga, mulai dari UUD hingga peraturan perundangan yang paling rendah tidak ada yang mengatur hal tersebut.
Yang dikhawatirkan, kata Ritonga, pernyataan LBP dapat menjadi pembenaran bagi kelompok tertentu yang memang dari dulu menginginkan orang Jawa yang harus jadi presiden di Indonesia.
"Bahkan ada kompok yang beranggapan Indonesia harus dipimpin secara bergantian orang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka menilai Jawa Tengah diwakili Mataram dan Jawa Timur diwakili Majapahit," ujarnya.
Lanjut Jamiluddin, saat jabatan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan berakhir, sudah terdengar penggantinya akan dari Jawa Tengah.
"Ketepatan pengganti SBY berasal dari Solo, Jawa Tengah, yakni Joko Widodo," imbuhnya.
Diingatkan Ritonga, pola pikir itu seharusnya dikikis karena memang tidak sesuai dengan konstitusi Indonesia, bahkan hal itu bertentangan dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika.
LBP juga tak seharusnya tidak mengangkat hal itu ke publik, karena justru dapat menyuburkan etnosentrisme di Indonesia.
"Kalau etnosentrisme menguat di Indonesia, tentu akan melanggengkan seolah-olah hanya orang Jawa yang berhak menjadi presiden. Hal itu justru akan menguatkan politik identitas yang membahayakan keutuhan NKRI," demikian Jamiluddin Ritonga.
Istilah etnosentrisme seringkali muncul dalam lingkungan sosial. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etnosentrisme adalah pandangan dan sikap masyarakat yang meremehkan kebudayaan lain.
Etnosentrisme dapat memicu pertikaian antar kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda. Penyebabnya karena kelompok tertentu merasa budaya mereka lebih baik dari kelompok lain.
Info Haji 4 hari yang lalu
Politik | 6 hari yang lalu
Parlemen | 6 hari yang lalu
Nasional | 6 hari yang lalu
Hukum | 3 hari yang lalu
Nasional | 5 hari yang lalu
Opini | 3 hari yang lalu
Politik | 6 hari yang lalu
Opini | 5 hari yang lalu
Opini | 4 hari yang lalu