Menteri KKP Tinjau BPKIL, Bupati Serang Dorong Program Budidaya Nila Dan Udang
RAJAMEDIA.CO - Serang - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono meninjau Balai Pemeriksa Kesehatan Ikan dan Lingkungan (BPKIL) di Kecamatan Cinangka, Selasa (11/4).
Dalam peninjauan itu Menteri KKP ditemani Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah.
Diskusi pun dilakukan antara keduanya, terutama terkait pengembangan budidaya perikanan.
Menurut Tatu, BPKIL sudah lama bekerjasama dengan Dinas Perikanan Kabupaten Serang.
“Kami sering dibantu, berkaitan dengan budidaya ikan. Apalagi kami sedang mendorong budidaya ikan nila, dan masyarakat sudah tahu caranya. Ini kami terus tingkatkan dan minta bantuan kementerian,” ujar Tatu dilansir dari Raja Media Network (RMN)..
Menurut Tatu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga mendorong Pemkab Serang agar mampu menciptakan Kawasan budidaya udang berbasis kawasan seperti di Desa Plesung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
Kawasan yang sudah diresmikan Presiden Joko WWidodo
Kawasan udah di Kebumen memiliki luas 60 hektare, serta dapat menghasilkan udang sebanyak 40 ton per hektare.
“Ada proses sterilisasi di sana. Dan kita memungkinkan mengembangkan Kawasan serupa di wilayah utara. Budidaya udang ini, dulu tempat di bagian utara. Jika masih memungkinkan kami ingin minta program ke kementerian terkait budidaya udang ini,” ujar Tatu.
Dalam pengembangan budidaya udang, kata Tatu, paling penting kualitas air.
“Kita minta program di Kebumen bisa diduplikasi di Kabupaten Serang. Kita punya kawasan dan akan dilakukan ujicoba dulu,” ujar Tatu.
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyatakan, BPKIL menjadi perhatian KKP karena menjadi laboratorium penelitian budidaya ikan. Termasuk mengidentifikasi masalah, mulai dari penyakit ikan hingga kualitas air.
“Betapa pentingnya laboratorium ini, untuk mengantisipasi seluruh penyakit. Khususnya di bidang budidaya perikanan, atau secara umum,” ujarnya.
BPKIL di Kecamatan Cinangka melayani seluruh Indonesia.
“Memang tidak boleh hanya satu. Minimal kita punya tiga. Sebab dari laboratorium ini, kita bisa mengidentifikasi terhadap produk perikanan yang selama ini kita makan, sehat atau tidak, dan Ini salah satu tujuan saya ke sini,” demikian tutup Sakti.
Info Haji 4 hari yang lalu
Parlemen | 6 hari yang lalu
Nasional | 6 hari yang lalu
Hukum | 4 hari yang lalu
Nasional | 6 hari yang lalu
Opini | 3 hari yang lalu
Opini | 4 hari yang lalu
Politik | 6 hari yang lalu
Nasional | 6 hari yang lalu
Opini | 5 hari yang lalu