Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Ketupat Lalu Pergi

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Selasa, 01 April 2025 | 04:00 WIB
Ilustrasi ketupat lebaran - freepik -
Ilustrasi ketupat lebaran - freepik -

RAJAMEDIA.CO - LEBARAN selalu datang dengan kesibukannya sendiri.
 

Jalanan macet. Rumah-rumah penuh tamu. Meja makan dipenuhi opor, rendang, dan tentu saja—ketupat.
 

Tapi, secepat ia datang, secepat itu pula ia pergi.
 

Sama seperti Ramadan.
 

Baru kemarin kita sibuk menyiapkan sahur pertama. Sekarang, semua sudah berlalu.
 

Tinggal pertanyaannya: Apa yang tersisa?
 

Lebaran, Lebur, Lupa?
 

Orang bilang, Lebaran itu lebar.
 

Lebar pintu maaf. Lebar senyum. Lebar pengeluaran.
 

Tapi, apakah hati juga semakin lebar menerima perbedaan?
 

Atau hanya sekadar formalitas, setelah itu kembali seperti biasa?
 

Kita saling bersalaman. Saling mengucap maaf.
 

Tapi, apakah benar-benar tulus? Atau sekadar ritual tahunan yang nanti juga dilupakan?
 

Bukankah sering terjadi, baru saja bermaafan, lusa sudah kembali berseteru?
 

Ustaz bilang, ketupat itu simbol.
 

Daunnya anyaman rumit—seperti kehidupan kita. Isinya putih—melambangkan kesucian hati setelah Ramadan.
 

Tapi, berapa lama?
 

Jangan-jangan, ketupat habis lebih cepat daripada niat kita untuk berubah.
 

Ujian Sejati Dimulai Sekarang
 

Puasa itu berat. Tapi lebih berat menjaga diri setelahnya.
 

Saat Ramadan, kita sibuk beribadah. Masjid penuh. Shalat malam ramai.
 

Lalu setelah Lebaran?
 

Apakah kita tetap menjaga shalat tepat waktu?
 

Tetap membaca Al-Qur’an?
 

Atau semua kembali seperti sebelum Ramadan?
 

Ramadan itu bukan sekadar latihan.
 

Ia harusnya jadi titik balik.
 

Bung Karno pernah berkata:
"Revolusi belum selesai!"
 

Begitu juga dengan Ramadan.
 

Semangatnya tidak boleh selesai hanya karena takbir sudah usai.
 

Justru, ujian sesungguhnya dimulai setelahnya.
 

Pemimpin Juga Diuji
 

Lebaran ini juga ujian bagi para pemimpin.
 

Apakah mereka belajar dari Ramadan?
 

Rakyat berpuasa, menahan lapar. Apakah pemimpin juga belajar menahan diri dari keserakahan?
 

Rakyat belajar sabar. Apakah pemimpin juga sabar mendengar keluhan rakyatnya?
 

Gus Dur pernah berkata:
"Tidak penting apa pun agamamu, kalau kamu bisa berbuat baik, orang tidak akan bertanya apa agamamu."
 

Begitu pula dengan pemimpin.
 

Rakyat tidak peduli jargon. Tidak peduli pidato.
 

Yang penting adalah tindakan.
 

Setelah Lebaran, apakah pemimpin kembali sibuk dengan kepentingannya sendiri?
 

Atau benar-benar mengutamakan rakyat?
 

Ketupat Sudah Habis, Lalu Apa?
 

Besok meja makan mulai kosong.
 

Ketupat tinggal kenangan.
 

Lebaran berlalu.
 

Tapi, apakah kita kembali seperti dulu?
 

Atau Ramadan benar-benar meninggalkan bekas dalam diri kita?
 

Karena kalau setelah ini kita kembali ke kebiasaan lama, lalu untuk apa semua ini?
 

Maka, selamat Lebaran.
 

Semoga yang tersisa bukan hanya ketupat yang telah habis.
 

Tapi juga hati yang lebih luas. Dan niat yang tetap lurus.rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
Ilustrasi -
Hari Baru, Janji Lama
Rabu, 02 April 2025
Presiden Prabowo Subianto menerima ribuan rakyat di Istana, seusai salat Idulfitri, yang disebut Gelar Griya Idulfitri 1446 H. - BPMI Setpres -
Ketika Istana Membuka Pintu
Selasa, 01 April 2025
Ilustrasi gema takbir - Foto: Dok Kemenag -
Gema Takbir Berkumandang
Senin, 31 Maret 2025
Ilustrasi -
Besok Lebaran
Minggu, 30 Maret 2025
Ilustrasi usai salat Ied di Perumahan Serpong Estate - Repro -
Kemenangan atau Sekadar Perayaan?
Sabtu, 29 Maret 2025