Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Harus Berbenah, tapi Kewajiban Miliki Izin Bangunan Jangan sampai Menghambat Pesantren

Laporan: Zulhidayat Siregar
Rabu, 08 Oktober 2025 | 16:15 WIB
Anggota DPD RI Ustaz Muhammad Nuh - Istimewa -
Anggota DPD RI Ustaz Muhammad Nuh - Istimewa -

RAJAMEDIA.CO - Jakarta, Pesantren - Anggota DPD RI yang juga tokoh pesantren Ustaz Muhammad Nuh menyampaikan duka mendalam atas musibah ambruknya sebuah bangunan di Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Terlebih, peristiwa nahas itu merenggut nyawa santri dalam jumlah yang tidak sedikit.


Berdasarkan hasil evakuasi yang dilakukan selama sembilan hari dan berakhir kemarin, sebanyak 67 orang meninggal, dengan delapan di antaranya ditemukan sebagai bagian tubuh yang tidak lengkap. Sementara 104 korban berhasil diselamatkan.


"Tentu kita ikut berduka atas banyaknya korban dari peristiwa yang kita yakin bahwa itu di luar kemampuan manusia. Artinya bahwa peristiwa itu tidak diinginkan, itulah musibah namanya," jelasnya kepada Raja Media Network (RMN) Rabu (8/10/2025).


"Karena itu mudah-mudahan anak-anak kita yang gugur, yang meninggal karena peristiwa itu, kita mendoakan tetap mendapat kebaikan di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala," sambung pengasuh Pesantren Al Uswah, Langkat, Sumatera Utara ini.


Pelajaran Penting Semua Pesantren


Menurutnya, robohnya bangunan tiga lantai yang sedang tahap pengeceoran akhir di bagian paling atas atau dek itu harus menjadi pelajaran bagi semua, terutama kalangan pesantren. Kekhilafan atas selama ini yang kerap tidak memperhatikan kaidah-kaidah konstruksi bangunan jangan sampai terulang lagi.


"Karena tidak jarang dalam mengelola alam, sebenarnya kan bangunan itu alam, kita tidak memperhatikan kaidah-kaidah alam itu sendiri. Terkait (membuat) bangunan itu kan ada ilmunya," katanya menekankan.


Bagian dari kaidah itu misalnya, dia menyontohkan, bangunan harus dibangun di atas tanah yang memadai sebagai landasan. Bahkan bagi kalangan tertentu, sampai menguji secara ilmiah di laboratorium apakah tanah yang akan didirikan bangunan di atasnya itu bisa menopang bangunan yang akan direncanakan itu atau tidak.


"Saya pikir secara keseluruhan itu kan bersumber dari 'ilmu-Allah, dari Allah-lah yang mengatur alam ini, dari sunnatullah alam ini," ucap Dewan Pertimbangan MUI Sumut ini.


Namun karena pembangunan pesantren biasanya lebih menonjolkan semangat, sehingga prinsip-prinsip dalam konstruksi bangunan itu tidak mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Bahkan, tidak jarak para santri juga dilibatkan dalam pengerjaannya seperti juga terjadi di Pesantren Al-Khoziny.


Dia tidak menampik keterlibatan para santri dalam pengecoran misalnya, merupakan hal yang lumrah di dunia pesantren. Namun pihaknya menekankan harus benar-benar didampingi kalangan ahli dan profesional. "Paling tidak ada lah yang ahli di bidang itu sebagai rujukan, jadi bukan hanya semangat, bukan hanya nekat."


PBG Jangan Sampai Beratkan Pesantren


Terkait keputusan pemerintah yang kini mewajibkan semua bangunan pesantren mengantongi izin Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) menyusul insiden di Ponpes Al Khoziny, Ustaz Nuh sendiri tidak kaget. Karena memang, pada prinsipnya semua bangunan harus memiliki dokumen, yang dulu bernama Izin Mendirikan Bangunan (IMB) tersebut.


Namun, meski pemerintah akan memberi ruang konsultasi gratis bahkan semua proses pembuatan perizinannya cuma-cuma, dia mengingatkan jangan sampai hal ini diterapkan secara ketat sehingga menghambat lembaga pendidikan Islam itu untuk berkembang. Karena akan banyak persyaratan yang harus dipenuhi.


"Mereka membangun juga secara swadaya, dengan semangat kegotongroyongan, dukungan masyarakat. Pesantren kita ini kan rata-rata dibangun atas semangat keikhlasan, kemandirian, perjuangan, dari jauh sebelum Indonesia merdeka. Karena itu saya pikir janganlah sampai kebijakan itu juga menghambat upaya pesantren membangun dirinya."


Walau demikian, katanya mengingatkan lagi, kejadian yang menimpa Pesantren Al-Khoziny harus jadi peringatan bersama bahwa setiap pembangunan harus dilakukan berdasarkan kajian, profesionalitas, dan kehati-hatian..


"Tawakkal kan bukan berarti tidak peduli dengan sunnatullah. Artinya itu masukan. Dan saya pikir kiai kita di pesantren paham itu," demikian Ustaz Muhammad Nuh.rajamedia

Komentar: