Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Said Abdullah: Pemerintahan Prabowo Harus Fokus Turunkan Tingkat Kemiskinan

Laporan: Nazila Nur
Minggu, 20 Oktober 2024 | 05:56 WIB
Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Said Abdullah. [Foto: Repro/RMN]
Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Said Abdullah. [Foto: Repro/RMN]

RAJAMEDIA.CO - Info Parlemen - 

 

Pemerintahan Prabowo perlu fokus untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial menjadi agenda paling penting bagi setiap pemerintahan.


Demikian disampaikan DPR RI Fraksi PDIP Said Abdullah, Sabtu kemarin (19/10). Said Abdulah  memberikan masukan atau agenda strategis untuk pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang akan dilantik pada hari ini Minggu (20/10).


Dikatakan Said Abdullah, sepuluh tahun terakhir, laju penurunan kemiskinan dan kesenjangan sosial masih belum progresif.


"Pada tahun 2014 tingkat kemiskinan mencapai 10,96 persen pada Maret 2024 penduduk miskin mencapai 9,03 persen, selama 10 tahun tingkat kemiskinan hanya turun 1,93 persen, apalagi kita juga menghadapi penurunan jumlah kelas menengah yang mencapai 9 juta jiwa,” ujarnya.


"Pada tahun 2014 tingkat kesenjangan sosial (rasio) mencapai 0,414 dan pada Maret 2024 di level 0,379 atau turun 0,035,” tambahnya.


Prabowo sebagai Presiden terpilih, kata Said Abdullah, perlu fokus menurunkan tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial lebih progresif dengan orkestrasi kebijakan yang komprehensif, mulai dari pendidikan, kesehatan, bantuan sosial, sanitasi, perumahan, hingga lapangan kerja.


Kemudian, Said Abdullah meminta Prabowo untuk memberi perhatian besar dalam perbaikan sumber daya manusia, khususnya pada sektor pendidikan.


Menurut Said Abdullah, sejak mandatori anggaran pendidikan 20 persen dari belanja negara di tahun 2003 sampai sekarang atau 21 tahun yang lalu, namun mayoritas Angkatan kerja Indonesia sebanyak 149 juta, sebanyak 54 persen hanya lulusan SMP kebawah.


"Akibatnya kita tidak bisa mengoptimalkan bonus demografi untuk mendorong lompatan perekonomian nasional dari negara berpendepatan menengah bawah menjadi negara berpendapatan menengah atas, apalagi menjadi high income country,” tuturnya.


Ketegantungan impor


Said Abdullah juga mengkritisi selama 10 tahun terakhir Indonesia belum bisa keluar dari ketergantungan Impor Pangan dan Energi. Padahal keduanya adalah hal pokok yang menyangkut ketahanan dan kemandirian sebuah bangsa dan negara.


Kata Said, selama periode 2014-2023 defisit perdagangan internasional pada sektor pertanian sangat besar.


Ekspor sektor pertanian mencapai 61,4 miliar USD sedangkan impor kita mencapai 98,46 miliar USD Defisit sebesar 37, miliar USD. Dengan kurs Rp15.400 nilai impor hasil pertanian kita mencapai Rp569,8 triliun.


Pada periode 2014-2023 impor migas mencapai angka fantastis, yakni 278,5 miliar USD, dengan kurs Rp15.400/ USD, maka nilai impor migas 9 tahun terakhir mencapai Rp4.288,9 triliun.


"Menghadapi persoalan ini tidak mudah, melibatkan berbagai kepentingan ekonomi politik nasional dan internasional. Dan hal inilah yang akan menjadi tantangan Presiden Prabowo kedepan,” paparnya.

 

“Dan selamat bekerja Presiden Prabowo,” pungkas Said Abdullah.rajamedia

Komentar: