Ancaman Bom Pesawat Jemaah Haji! DPR: Jangan Anggap Sepele, Intel Harus Bergerak!

RAJAMEDIA.CO - Bandung, Haji 2025 – Dua kali dalam sepekan, dua pesawat Saudia Airlines yang mengangkut jemaah haji Indonesia mendarat darurat karena ancaman bom. 
 

Situasi ini membuat Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal angkat bicara tegas. Ia mendesak aparat penegak hukum, khususnya intelijen negara, untuk bertindak cepat dan sigap.
 

“Ini bukan main-main. Harus ada langkah preventif nyata dari intelijen dan penegak hukum,” tegas Cucun di Bandung, Sabtu (21/6).
 

Cucun menekankan pentingnya deteksi dini terhadap potensi terorisme dan pihak-pihak yang sengaja menebar ketakutan di ruang publik.
 

Dua Kali Ancaman Bom, Dua Kali Jemaah Panik
 

Kasus pertama terjadi Selasa (17/6) pagi. Pesawat Saudia Airlines SV-5276 rute Jeddah–Jakarta dengan nomor registrasi HZ-AK32 membawa 442 jemaah haji dari Kloter 12 Debarkasi Jakarta-Bekasi. Ancaman dikirim lewat email oleh pihak tak dikenal.
 

Pilot langsung ambil keputusan cepat: divert ke Bandara Kualanamu, Deli Serdang. Pendaratan darurat dilakukan pukul 10.44 WIB.
 

Ancaman serupa kembali terjadi pada Sabtu (21/6) pagi. Pesawat SV-5688 yang membawa 376 jemaah haji tujuan Surabaya juga mendarat darurat di Kualanamu karena indikasi ancaman bom.
 

Cucun: Jangan Sampai Rakyat Ketakutan Naik Pesawat
 

Cucun mengingatkan bahwa isu keselamatan penerbangan adalah garis merah yang tak bisa ditoleransi. Ia meminta masyarakat juga memahami bahwa keputusan mendarat darurat adalah bagian dari protokol penyelamatan.
 

“Harus safety first. Kalau memang perlu dicek total oleh tim ahli bom, lakukan! Ini menyangkut nyawa,” ujarnya.
 

Cucun memberi apresiasi pada maskapai yang telah menjalankan protokol dengan disiplin, namun menekankan kembali bahwa aparat jangan hanya reaktif, tapi juga harus proaktif!
 

Siapa di Balik Ancaman Itu? DPR Tunggu Jawaban Intelijen
 

DPR mendesak agar pelaku pengirim ancaman segera diidentifikasi dan ditangkap. Jangan sampai tindakan teror digital seperti ini berulang dan menjadi preseden buruk bagi dunia penerbangan nasional, terutama di musim haji yang sangat krusial.