Politik

Info Haji

Parlemen

Hukum

Ekbis

Nasional

Peristiwa

Galeri

Otomotif

Olahraga

Opini

Daerah

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Calon Dewan

Indeks

Hari Baru, Janji Lama

Oleh: H. Dede Zaki Mubarok
Rabu, 02 April 2025 | 04:31 WIB
Ilustrasi -
Ilustrasi -

RAJAMEDIA.CO - LEBARAN sudah lewat. Ketupat habis. Kue-kue mulai tinggal remah-remahnya.
 

Hari baru datang. Tapi apakah benar-benar baru?
 

Atau kita hanya mengulang yang lama?
 

Sama Seperti Tahun Lalu?
 

Setiap tahun, kita selalu bicara soal kembali suci. Kembali nol.
 

Tapi berapa lama?
 

Seminggu? Sebulan? Lalu semua kembali seperti biasa.
 

Yang tadinya sabar, kembali gampang marah di jalanan.
Yang tadinya rajin berbagi, kembali sibuk menghitung keuntungan.
Yang tadinya rajin tahajud, kembali susah bangun pagi.
 

Seolah-olah Ramadan dan Lebaran itu cuma jeda. Setelahnya, hidup berjalan seperti biasa.
 

Padahal, kata Sayyidina Ali:
"Barang siapa yang harinya sekarang lebih baik dari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung. Barang siapa yang harinya sekarang sama dengan kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang harinya sekarang lebih buruk dari kemarin, maka ia termasuk orang yang celaka."
 

Lalu, kita ini masuk kategori yang mana?
 

Pemimpin Juga Begitu
 

Bukan cuma rakyat. Pemimpin juga begitu.
 

Janji kampanye masih segar di ingatan. Tapi realisasinya?
 

Presiden Prabowo baru memulai. Harapan masih tinggi. Tapi rakyat tidak bisa menunggu terlalu lama.
 

Bung Hatta pernah berkata:
"Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar, kurang cakap bisa dihilangkan dengan pengalaman, tapi tidak jujur itu sulit diperbaiki."
 

Rakyat tidak menuntut kesempurnaan. Mereka hanya ingin kejujuran. Bahwa janji-janji lama benar-benar dikerjakan.
 

Jangan Hanya Seremoni
 

Hari baru selalu membawa harapan. Tapi harapan tanpa usaha hanya akan jadi angan-angan.
 

Mahatma Gandhi pernah berpesan:
"Jadilah perubahan yang ingin kamu lihat di dunia."
 

Kalau kita ingin perubahan, kita harus mulai dari diri sendiri.
 

Dan kalau pemimpin ingin dihormati, mereka harus lebih dulu menunjukkan keteladanan.
 

Kalau tidak, “Hari Baru” hanya akan jadi tanggal di kalender.
 

Dan kita akan terus mengulang pola yang sama.
 

Tahun depan, ketupat habis lagi. Kue tinggal remahan lagi. Jalanan macet lagi.
 

Dan harapan, kembali jadi angan-angan lagi.rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
Foto ilustrasi AI -
Demokrasi yang Dibelenggu Ketakutan
Senin, 15 September 2025
--
Reshuffle Kabinet Kejadian Juga
Selasa, 09 September 2025
Demo di depan Gedung DPR RI. -
Indonesia Cemas
Rabu, 03 September 2025
Presiden Prabowo Subianto saat bertemu dengan 16 Ormas Islam di Hambalang - Foto: BPMI Setpres -
Ketika Suara Moral Kehilangan Gaungnya
Senin, 01 September 2025
Ilustrasi -
Demokrasi Kita Membutuhkan Agama
Rabu, 27 Agustus 2025